"Apa aku alergi alat kontrasepsi ya?" pikir saya. Saat merasa baikan, saya pun membuka google dan mencari informasi, apakah alat kontrasepsi bisa menimbulkan hal-hal yang saya rasakan. Dari beberapa artikel atau tanya jawab dokter, memang alat kontrasepsi bisa menimbulkan keluhan-keluhan yang saya rasakan, meski itu jarang sekali dialami pengguna alat kontrasepsi.
Ya sudahlah, kalau misal memang alergi alat kontrasepsi, nanti cari solusinya. Meski dalam hati saya masih berpikir juga kalau seharusnya saya tidak alergi alat kontrasepsi. Pas awal menggunakan alat kontrasepsi ---delapan tahun yang lalu--- baik-baik saja.
Akhirnya saya bisa memejamkan mata setelah reaksi minyak tawon dan bedak bisa mengurangi bidur di seluruh tubuh. Itupun sebentar-sebentar juga terjaga. Saat terjaga, sekitar pukul satu dini hari, ada balasan dari bidan yang menangani saya. Beliau menuliskan kalau alat kontrasepsi tidak membuat alergi. Yang membuat alergi itu obat antibiotiknya. Jadi, beliau menyarankan agar antibiotik tidak perlu dikonsumsi dan saya diminta untuk mengambil CTM pagi harinya. Sementara keluhan gliyeng disarankan untuk meminum minuman manis. Saya iyakan saran dari beliau.
Pada pagi hari akhirnya saya kembali ke rumah bidan untuk mengambil CTM. Beliau sempat mengatakan, "lha kemarin nggak bilang kalau alergi obat, Mbak."
Saya hanya menimpali kalau memang selama ini tak ada alergi obat. Ternyata saya akhirnya harus merasakan alergi obat kali ini. Benar-benar menyiksa karena keluhan tak pernah saya rasakan sebelumnya.
Lain kali, ada baiknya memang saya harus berhati-hati ketika menerima obat dari dokter atau membeli obat di apotek. Paling tidak, produk obat itu adalah produk yang biasa saya konsumsi karena jenis obat yang sama pun kalau beda produsen, bisa menimbulkan reaksi tubuh yang beda.
___
Branjang, 25 Desember 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H