Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Berdamai dengan Hati

6 Desember 2024   20:00 Diperbarui: 6 Desember 2024   20:03 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tangan anak memegang tangan orangtuanya. Sumber: istockphoto.com/credit: Kamonwan Wankaew

Kulihat sosok ganteng yang selalu tidur di sampingku. Hampir setiap malam, dia tidur mendekati tengah malam. Wajah yang bersih itu membuat aku selalu tidak tenang untuk bepergian jauh dan dalam waktu lama. Bahkan aku rela dan ikhlas dianggap sebagai seorang warga yang tak bisa bersosial dengan baik.

Sosok ganteng di sampingku, dia adalah bungsuku, Nabil. Usianya sudah tujuh tahun. Dalam bayanganku, ketika dia masih berada dalam kandungan dan terlahir di dunia, akan menjadi sosok yang normal, layaknya kedua kakaknya.

Yang kutemui dan kusaksikan, ternyata tumbuh kembangnya tak seperti anak seusianya. Sebenarnya saat usia satu tahun dan sempat opname beberapa hari di rumah sakit karena batuk panas akibat dahak memenuhi dadanya, dari pihak rumah sakit sudah memberikan masukan untuk terapi.

Ternyata terapi itu tak terlaksana. Musim hujan tiba. Bahkan beberapa hari hujan tanpa henti di wilayah perairan selatan Yogyakarta dan Jawa Tengah. Kuingat, nama badai yang berlangsung sekitar bulan November hingga Desember 2017 itu bernama Siklon Tropis Cempaka.

Akibat dari badai tersebut, sekolah-sekolah diliburkan, banyak wilayah yang terisolir karena transportasi terputus akibat jembatan putus.

Kondisi hujan tanpa henti itu membuat nyaliku ciut untuk membawa si bungsu ke rumah sakit untuk terapi. Dalam pikiranku, keselamatan dalam perjalanan belum tentu terjamin jika kami harus ke rumah sakit. Apalagi keluarga kami hanya memiliki sepeda motor untuk bepergian. Rasanya tak tega untuk mengajak balita usia setahun untuk menembus hujan deras dengan hawa dingin, sementara dia baru saja sembuh dari sakitnya.

"Insyaallah, Nabil akan baik-baik saja. Tumbuh kembang anak-anak kan berbeda-beda," batinku.

***

Hari demi hari, dalam hatiku terus berharap agar Nabil segera tumbuh layaknya anak lainnya. Diam-diam aku melakukan amalan yang kiranya bisa membuat Nabil segera bisa bicara dan berjalan.

Tak terkira bahagianya ketika pelan-pelan Allah mengabulkan doa dan harapanku. Meski agak terlambat, dia bisa berjalan. Ke mana pun saat berjalan yang tak kenal lelah, aku selalu mengikutinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun