Siswa-siswi kelas III, dalam pelajaran Bahasa Indonesia, sudah diajak untuk membuat jurnal buku cerita. Mereka diminta untuk menuliskan judul, nama penulis, ilustrator, kisah awal, pertengahan dan akhir cerita, serta pesan moral dari buku cerita. Bahkan para siswa kelas II, juga sudah dikenalkan tentang jurnal membaca. Tentu saja jurnal tersebut disesuaikan dengan materi pelajaran pada buku pegangan.
Namun, ada kalanya saya tidak melulu menggunakan buku atau teks yang ada dalam buku pegangan siswa. Tulisan atau cerita anak yang saya buat ---dengan judul yang beragam--- tak luput menjadi materi untuk membuat jurnal membaca.
Dalam kesempatan memelajari materi tersebut, saya sempat menanyakan beberapa judul cerita kepada mereka. Saya tunjukkan beberapa judul cerita anak. Lalu saya tanyakan, "Dari judul-judul yang Bu Guru tunjukkan, mana yang menurut kalian merupakan cerita anak?"
Mereka membaca dan mencermati beberapa judul yang saya tunjukkan. Mereka pun menyebutkan beberapa judul yang menurut mereka bukan merupakan cerita anak dan mana yang cerita anak.
"Kalau kalian menilai judul-judul tadi bukan cerita anak, kenapa alasannya?" tanya saya setelah mereka mengemukakan pendapatnya.
"Nggak paham ---artinya---, Bu. Ada yang menakutkan juga," jawab mereka, polos.
"Terus, menurut kalian judul cerita anak itu seperti apa sih?" tanya saya.
"Yang lucu, Bu!" seru salah satu siswa yang duduk di bangku paling belakang.
"Apa lagi?"
Tampak beberapa anak kebingungan, meski tadinya mereka bisa menilai kalau ada judul tertentu yang bukan merupakan cerita anak.