"Ingat baik-baik ya, Anak-anak. Kalian harus berbuat baik kepada teman-teman. Nggak usah pilih-pilih kalau berteman. Nggak usah ada geng-gengan!"
Pesan Bu Raya kembali kuingat. Entah sudah berapa hari aku tak melihat guruku itu. Biasanya beliau menyapa kami pagi-pagi, sebelum guru lain hadir di sekolah.
"Ini karena Dio pasti!" ucap Nadya.Â
Nadya mengingatkan aku pada peristiwa beberapa hari lalu, saat orang tua Dio ke sekolah dan marah-marah karena Dio dihukum.
"Iya, kasihan Bu Raya," sambut Nita, menanggapi ucapan Nadya.
"Kan kita sudah punya kesepakatan kelas. Kalau ada yang melanggar peraturan kelas ya dihukum."
Tak berapa lama Dio, yang mereka bicarakan, tiba di kelas. Setiba di kelas, dia tak membantu piket. Padahal hari ini dia mendapat jatah piket.
"Kamu bantuin piket dong, Dio!" seru Lista yang sedang menyapu kelas.
"M-a-l-a-s!" jawab Dio keras dengan mengeja kata 'malas'.
Aku yang melihat kelakuan Dio segera menghampirinya. Bagaimanapun aku adalah ketua kelas. Harus menjaga kerukunan kelas. Menasehati kalau ada yang tidak tertib.