"Aku nggak mau sekolah, Bu! Huhuuuu," ucap Pipit kepada ibunya. Dia menangis sesenggukan.
"Lho, kamu sekolah itu biar jadi anak pinter, Pit," jawab Ibu dengan suara lembut.
"Aku mau belajar sama Ibu saja. Ya, Bu!"
Pipit menatap ibunya penuh harap. Namun sayangnya, bukan anggukan yang dilihat Pipit. Pipit melihat ibunya menggelengkan kepalanya.
"Aku kan ingin selalu bersama Ibu," gerutu Pipit. Dia mulai menghapus air mata.
Ibu mendekati Pipit.
"Ibu juga begitu, Pipit. Pingin sama kamu terus. Tapi Ibu khawatir kalau kamu nggak sekolah, kamu jadi olok-olok temanmu."
Pipit memang seekor burung yang sering diolok-olok teman-temannya. Dia selalu menangis kalau sudah dikeroyok temannya. Memang tidak dipukuli. Tetapi diolok-olok mereka itu sudah membuat Pipit sedih, marah dan tidak terima. Namun dia tak berani untuk melawan.
"Jadi, aku harus sekolah biar nggak diolok-olok teman?"
Ibu mengangguk. Anak bodoh jelas akan terlihat aneh bagi teman-teman Pipit.
"Baiklah, Bu. Aku mau sekolah."
***
Di sekolah.
Dengan rasa minder, Pipit belajar di sekolah. Dia merasa ada saja yang salah. Namun, Bu Elang, guru yang mengajarnya dan teman-teman sangat ramah. Beliau sangat baik dan sering mendorong murid-muridnya untuk percaya diri dan semangat belajar.
"Jangan lupa, kalian selalu jujur dan berbuat baik lainnya. Percuma kalau pintar tapi kalian nggak sopan dengan orang lain."
Bu Elang sangat tegas kepada siapa saja yang melanggar aturan di kelas. Tatapan matanya yang tajam, membuat para murid benar-benar menaruh rasa hormat. Murid yang tadinya usil dan tidak sopan, kini mulai berubah. Termasuk Pipit. Dia sekarang lebih percaya diri.
"Selama kalian berbuat baik, nggak perlu takut dengan orang lain," pesan Bu Elang.
***
Sudah beberapa hari Bu Elang tidak mengajar di kelas Pipit dan teman-temannya. Mereka diajar oleh Pak Burung Hantu.
"Bu Elang sekarang baru ada tugas ke luar negeri ya, Anak-anak. Kalian belajar dengan saya dulu," ucap Pak Burung Hantu.
Pipit dan teman-temannya menjadi ribut saat mendengar keterangan dari Pak Burung Hantu.
"Berapa lama, Pak Guru?" tanya Pipit.
"Sampai belajarnya selesai, Pipit," jawab Pak Burung Hantu.
Ternyata Bu Elang belajarlagi. Hal itu membuat para murid tidak tenang. Pak Burung Hantu menyadari kalau murid-murid sangat khawatir kalau tidak akan bertemu lagi dengan Bu Elang. Mereka tahu kalau belajar itu sangat lama. Seperti Bu Merpati, Kepala Sekolah mereka. Kuliahnya bertahun-tahun.
"Bu Elang saja belajar terus, aku juga harus lebih rajin belajar. Biar aku bisa pinter dan seperti Bu Elang," batin Pipit, untuk menghilangkan rasa kangen dan sedihnya karena tak belajar bersama Bu Elang lagi.
___
Branjang, 2 November 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H