"Ya Allah, gerah sekali!" keluh Kutut, si burung Perkutut.
Kutut yang biasa terbang ke sana kemari sambil bersiul dengan suara merdunya, kini terlihat lemas. Dia merasakan hawa yang sangat panas dan membuatnya kegerahan.
Memang hutan tempat tinggalnya sedang musim kemarau. Hutan yang biasanya berdaun lebat dan segar, kini menjadi layu. Bahkan ada yang mengering dan berjatuhan di tanah.
Sungai dan sumur-sumur warga hutan mulai kering. Jangankan untuk mandi, untuk minum saja sangat kurang. Tanah yang biasanya tumbuh rumput dan lembab, kini mulai mengeras dan merenggang.Â
Musik kemarau kali ini benar-benar membuat penduduk hutan banyak mengeluh. Tak hanya Kutut, Maumau si harimau yang terkenal dengan aumannya yang menakutkan dan gagah, kini berjalan lemah. Tubuhnya terlihat kurus. Matanya sayu.
Kelinci yang biasa menggali tanah untuk mencari wortel juga kesusahan.Â
"Aduh, gigiku sakit. Tanahnya keras banget!" ucap Kelinci sambil memegang mulutnya. Sementara perutnya sangat lapar.
"Ada apa, Nci?" tanya Rusa. Kelinci terkejut karena tadinya hanya ada dia di kebun wortel. Tiba-tiba ada Rusa di dekatnya.
"Gigiku sakit, Rusa! Mau ambil wortel tapi tanahnya keras banget," cerita Kelinci.
Rusa mengangguk. Kepalanya menengok ke kanan kiri.