Agenda Kunjungan ke Perpustakaan DaerahÂ
Pada awal tahun ajaran 2024/2025, pihak sekolah mengagendakan kegiatan yang berkaitan dengan Bulan Bahasa. Singkat cerita, sekolah menanyakan cara pengajuan permohonan untuk kegiatan tersebut.Â
Dari informasi Perpustakaan Daerah, pihak sekolah harus indent dulu untuk kegiatan kunjungan tersebut. Jadi, kami merasa cukup waktu karena menanyakan ke pihak perpustakaan pada awal tahun ajaran.Â
Kalau tidak, dapat dipastikan kunjungan ke perpustakaan daerah tak akan terlaksana. Sudah banyak sekolah yang mengantre untuk kegiatan kunjungan.Â
Sebenarnya, untuk ke perpustakaan daerah bisa dilakukan kapan saja. Namun karena para peserta didik di lingkungan sekolah terbilang jauh dari perpustakaan, maka sekolah kesulitan untuk mengajak mereka ke sana. Keterbatasan dana dan waktu sudah menjadi alasan utama.
Oleh karenanya pihak sekolah yang mengetahui kalau ada program dari perpustakaan untuk kunjungan tersebut, maka memanfaatkan sebaik mungkin.
Jika mengandalkan orang tua atau wali peserta didik, akan banyak kendala juga. Mengingat mereka memiliki kesibukan sendiri dan jika melakukan kegiatan di luar rumah, mereka lebih memilih untuk healing ke pantai atau wisata lain. Bukan diajak ke perpustakaan.Â
Padahal antusias peserta didik ketika mau diajak ke perpustakaan sangat tinggi. Ini terbukti saat sekolah mengumumkan bahwa kegiatan dilaksanakan tanggal empat Oktober, namun tertunda, banyak peserta didik yang kecewa. Orang tua pun menanyakan perihal gagalnya agenda ke perpustakaan.
Kemudian agenda ini diumumkan kembali, sesuai jadwal dari Perpustakaan Daerah. Pihak sekolah kami mendapatkan jadwal pada hari Rabu, 9 Oktober 2024 ini. Para peserta didik sangat senang saat diberitahu pelaksanaan kunjungan ke perpustakaan yang sempat tertunda.Â
Pada pagi hari pelaksanaan kunjungan dan menunggu bus dari perpustakaan, para peserta didik galau dan menanyakan jemputan dari perpustakaan.
"Bu, jadi nggak?" tanya seorang peserta didik.
"Bus-nya kok belum datang, Bu."Â
Meski berulang diberi keterangan kalau disuruh menunggu kedatangan bus dari Perpustakaan Daerah, tetap saja muncul pertanyaan serupa. Mereka khawatir kalau rencana ke perpustakaan daerah tidak jadi lagi.
Sorak sorai peserta didik bergema saat bus dari perpustakaan yang menjemput mereka sudah terlihat. Dalam perjalanan ke perpustakaan pun mereka tak henti menyatakan kegembiraan hari ini.
Mereka tak mau duduk tenang, apalagi sebelumnya petugas yang menjemput mengatakan kalau boleh mengambil buku koleksi yang berada di dalam bus bagian depan.Â
Kegiatan di Perpustakaan DaerahÂ
Setelah lima belas sampai dua puluh menit dalam perjalanan, akhirnya rombongan para peserta didik yang didampingi para guru dan petugas perpustakaan sekolah sampai di Perpustakaan Daerah Gunungkidul.
"Setelah sampai di perpustakaan, nanti kita foto bersama dulu di depan gedung Perpustakaan ya, adik-adik!" ucap Petugas Perpustakaan.
Sesi foto-foto bersama pun selesai dalam waktu singkat dan para peserta didik mulai memasuki gedung perpustakaan yang membuat mereka menahan rasa penasaran berhari-hari.Â
Ya, memang mereka jarang ke sana. Tak seperti peserta didik lain yang berasal dari kota, pasti tidak asing dengan perpustakaan di daerahnya. Heee.
Oleh petugas, para peserta didik diminta untuk berbaris dan meletakkan tas pada tempat yang tersedia.Â
Baru setelah itu mereka dikenalkan dengan para petugas perpustakaan serta ruangan-ruangan yang ada di dalam gedung perpustakaan, termasuk koleksi batuan, tanah, kain batik, letak koleksi buku dan sebagainya.
"Di ruangan ini, pada bagian selatan kalian bisa membaca buku yang ditulis dari penulis asal Gunungkidul," terang Petugas Perpustakaan.
Terdengar celetukan dari peserta didik,"Lha bukunya Bu Jora ada nggak?"
Saya dan guru pendamping lainnya hanya memberikan keterangan kalau saya belum menyerahkan buku ke Perpustakaan Daerah Gunungkidul.
"Kalau mau baca bukunya Bu Jora ya di sekolah dulu ya!" ucap saya sambil tersenyum.
Kembali ke aktivitas para peserta didik yang luar biasa dan mungkin membuat kewalahan petugas perpustakaan maka berulang kali guru yang mendampingi para peserta didik harus mengingatkan agar mereka tertib. Memasuki ruangan baca, ruangan akses internet dan sebagainya harus antre dan jalan pelan.
Selain diajak mengenal ruangan dan koleksi-koleksi yang ada di perpustakaan, kegiatan kunjungan ini juga diisi dengan berbagai kegiatan di mana para peserta didik diberi pertanyaan dan akan mendapatkan hadiah dari Perpustakaan Daerah.Â
Mulai dari membaca buku, menceritakan ulang isi buku, mengenalkan Indonesia dengan media peta dunia dan peserta didik ditanya, di mana letaknya.Â
Mereka diminta untuk menunjukkan negara Indonesia pada peta tersebut. Kegiatan ini cukup seru dan menantang pengetahuan para peserta didik.Â
Ya, kemampuan literasi mereka diuji dalam kegiatan ini. Apalagi saat ada sesi Read Aloud. Read Aloud ini para peserta didik diajak untuk membaca nyaring dengan memerhatikan buku yang ditayangkan melalui layar proyektor. Pada kesempatan ini, buku yang dibacakan secara nyaring adalah Kalung Istimewa.
Buku Kalung Istimewa ini merupakan karya dari Fiqih Nindya. Sementara Ilustratornya ialah Diani Apsari. Para peserta didik menyimak dan sesekali menimpali saat pembaca nyaring sedang membacakan buku tersebut.
Dalam sesi Read Aloud ini beberapa peserta didik berhasil menaklukkan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan isi buku Kalung Istimewa tersebut. Mulai dari pengertian ilustrator, menceritakan jalannya tokoh Koni dalam cerita Kalung Istimewa dari jatuh di jalan hingga dibuat kalung istimewa oleh Olin.Â
Pertanyaan tentang teman Koni saat berada di dalam tas Olin juga berhasil dijawab oleh peserta didik.Â
Juga ketika diminta untuk menceritakan ulang kisah Olin dan Koni dalam buku Kalung Istimewa, serta bermain peran sebagai Olin yang menemukan Koni yang tadinya jatuh juga dilakukan dengan baik.
Kegiatan diakhiri dengan membuat kalung istimewa. Seharusnya kalung tersebut dibuat dengan koin seperti yang dibuat Olin, tetapi diganti dengan permen. Jadi, bahannya bukan koin, tali dan lem, melainkan permen dan pita warna-warni seperti yang dibuat oleh Olin.
Setelah selesai Read Aloud, empat peserta didik mendapatkan bingkisan dari perpustakaan karena mampu menyelesaikan tantangan dari perpustakaan.Â
Tantangan berupa menunjukkan letak Indonesia pada peta dunia, menceritakan ulang buku yang dibaca, menceritakan tokoh Koni dan bermain peran menjadi Olin.
Kunjungan ke perpustakaan pun selesai. Para siswa kembali ke sekolah dengan perasaan puas dan gembira. Selama dalam perjalanan pulang, salah satu peserta didik yang mendapatkan hadiah sangat bersemangat menceritakan pengalamannya ketika saya tanya isi hadiah dari perpustakaan.
Melihat antusias para peserta didik dalam kegiatan kunjungan ke perpustakaan hari ini, besar harapan kami bahwa hal ini bisa lebih memacu para peserta didik untuk membaca, menulis dan mencari informasi apapun dari berbagai sumber atau teks multimodal.
Ke depannya diharap orang tua juga sesekali mengajak anak-anak mereka untuk ke perpustakaan ketika memiliki waktu luang.Â
Jadi, ketika di rumah tidak ada buku untuk menambah kemampuan literasi anak, orang tua tak perlu pusing untuk membelikan buku untuk mereka. Toh jika anak lelah membaca, juga tersedia area bermain yang cukup luas dan nyaman.
Pengembangan kemampuan literasi yang diagendakan sekolah dengan bekerjasama dengan Perpustakaan Daerah tentu harus didukung oleh orang tua peserta didik sebagai orang terdekat mereka.Â
Tujuan akhirnya agar belajar mereka bisa semakin lancar dan secara luas nanti mereka bisa menjadi generasi yang melek literasi.Â
____
Branjang, 9 Oktober 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H