Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kotak Cinta untuk Bu Raya

5 Oktober 2024   18:47 Diperbarui: 5 Oktober 2024   20:38 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu, lima Oktober. Nirmala yang sedang menonton televisi. Ibu sedang membuka story di sosial media ternyata melihat ada ucapan Selamat Hari Guru Internasional.

"Hari ini Hari Guru Internasional, Nirmala," ucap Ibu sambil menunjukkan sebuah story.

"Ah, sayangnya hari ini pas libur. Kalau nggak libur, aku pasti ngasih kejutan buat Bu Raya," ucap Nirmala. 

Bu Raya ialah guru yang mengajar di kelas Nirmala. Beliau sangat baik, sering menasehati, suka menulis dan mengajak bercerita. Selain itu masih banyak kebaikan Bu Raya. 

Namun Bu Raya pernah marah. Bukan marah kepada siswa yang diajar. Tetapi beliau marah kepada siswa dari kelas lain yang bermain bola di depan kelas dan tiba-tiba bolanya mengenai kaca jendela kelas. Siswa kelas lain itu sebelumnya sudah diperingatkan agar berolahraga bersama Pak Okta.

Setelah marah, Bu Raya bercerita kalau beliau itu gemetar karena khawatir kalau kaca jendela pecah dan mengenai siswa yang duduk di dekatnya. Kami sadar kalau beliau memang sangat menyayangi kami.

"Kalian kalau pas istirahat atau olahraga, tidak boleh ganggu kelas lain ya, anak-anak!" nasehat Bu Raya.

***

Nirmala segera bersiap untuk ke rumah Callista. Rumah Callista hanya berada di seberang jalan. Callista itu teman sekelas Nirmala. Setiap hari mereka berangkat dan pulang sekolah dengan jalan kaki, bareng-bareng.

Nirmala berpamitan kepada Ibu.

"Bu, aku ke rumah Callista dulu ya!"

Ibu mengangguk. Beliau berpesan agar Nirmala berhati-hati ketika mau menyeberang jalan.

Nirmala berjalan pelan ke rumah Callista. Dari teras rumahnya, dia melihat sahabatnya sedang bermain kucing di depan rumahnya. Callista yang tahu kalau Nirmala ke rumahnya merasa senang.

"Mala, ada apa? Kok ke sini?"

Nirmala tersenyum. Lalu menceritakan apa yang dilihatnya saat ibunya membuka sosial media.

"Oh, jadi kita mau bikin kejutan buat Bu Raya?"

Nirmala mengangguk.

"Menurutmu gimana?" tanya Nirmala.

"Bagus sih!"

Senyum Nirmala mengembang.

"Tapi akan lebih keren kalau kita ajak Danish, Ayra sama Alica."

"Bener juga ya! Kalau gitu kita ke rumah Ayra saja," usul Callista.

Mereka pun segera ke rumah Ayra. Rumah Ayra cukup jauh dari rumah mereka. Tapi kebetulan rumah Ayra itu berdekatan dengan Danish dan Alica.

Beruntung sekali, ternyata mereka bertiga yaitu Ayra, Alica dan Danish sedang bermain bareng. Jadi, mereka tak perlu sampai ke rumah Danish ataupun Alica.

"Untunglah kalian di sini semua," ucap Callista.

"Kenapa emangnya?" tanya Danish.

"Nirmala ini mau ngajak kita bikin kejutan buat Bu Raya," cerita Callista.

"Apa Bu Raya ulang tahun?" tanya Alica.

"Bukan, Alica. Tapi sekarang kan Hari Guru Internasional. Makanya aku ajak kalian bikin kejutan buat Bu Raya," ucap Nirmala dengan riang.

"Oh gitu..."

Tak lama mereka tampak berpikir. Mencari ide untuk membuat kejutan yang paling berkesan untuk gurunya itu.

"Kalau aku punya ide membuat buku ucapan terima kasih. Menurut kalian gimana?" ucap Nirmala.

"Ah, masa bikin buku gitu. Kan mepet waktunya. Kejutannya mau buat hari Senin kan?" 

Nirmala mengangguk. Apa yang dikatakan Ayra tadi memang benar.

"Lha terus gimana?" tanya Nirmala.

"Aku mau bikin lukisan kegiatan kita sama Bu Raya saja deh!" ucap Ayra.

"Bagus, Ayra. Tapi kalau gitu kan yang buat kejutannya cuma kamu," ucap Nirmala.

"Lha aku bisanya cuma melukis. Mau gimana lagi?" ucap Ayra.

"Aku mau ngelakuin percobaan IPAS saja," ucap Danish yang memang hobi dengan percobaan demi percobaan.

"Kok cuma kamu sih, Danish?"

Danish nyengir. 

"Nggak mau ya sudah! Gitu saja kok sewot," ucap Danish.

"Yang paling sip itu kalau kita bikin album foto bareng. Kita kumpulkan foto teman-teman sekelas saja. Terus dikasih kartu ucapan buat Bu Raya," usul Alica.

"Bagus, Alica. Gimana kalau di album itu dikasih jadwal pelajaran yang cantik," ucap Callista.

Alica tampak tersenyum dan menganggukkan kepala. Tanda setuju usul Callista.

Kedua anak itu tersenyum puas karena bersepakat untuk memberikan kejutan yang serupa. Tapi Nirmala, Danish dan Callista masih tampak kebingungan.

"Aku nggak setuju kalau bikin kayak gitu. Nggak seru!" ucap Ayra.

Callista dan Alica terkejut karena suara Ayra cukup keras dan terdengar marah.

"Sebentar. Jangan marah ya! Gimana kalau kita membuat semua ide tadi. Terus dimasukkan ke Kotak Cinta untuk Bu Raya?" usul Nirmala.

"Kotak Cinta untuk Bu Raya? Maksudmu apa?" tanya Danish.

"Kotak yang dihiasi dengan gambar hati dan ditulisi nama Bu Raya. Nah, nanti diisi semua kejutan yang kita rencanakan tadi," ucap Nirmala.

Keempat temannya terdiam. Lalu mereka mengangguk.

"Oke! Nanti aku yang bikin kotaknya ya, temen-temen!" ucap Danish.

***

Hari Senin tiba. Setelah upacara bendera, siswa kelas III langsung masuk kelas. Kotak Cinta untuk Bu Raya sudah dibawa Danish. Karya Nirmala, Danish, Ayra, Callista dan Alica sudah dimasukkan ke kotak itu.

Sementara teman-teman lainnya yang rumahnya jauh, baru tahu rencana kejutan untuk Bu Raya, akhirnya membuat kartu ucapan sederhana. Kartu itu dibuat dengan warna yang menarik dan gambar yang lucu. Setelah jadi, kartu-kartu ucapan tadi juga dimasukkan ke dalam kotak yang sudah disiapkan.

Kotak itu diletakkan di bagian belakang kelas. Rencananya mereka akan bersandiwara kalau ada barang tajam di kotak yang tiba-tiba berada di dalam kelas. Kotak itu ditutup dengan taplak warna hijau.

***

Bu Raya masuk kelas dan mau mulai pelajaran. Namun belum sampai dimulai, Puspa yang sangat pendiam tiba-tiba ketakutan. Kebetulan Puspa duduk di dekat kotak tadi.

"Bu Raya, ada benda tajam di kotak itu," ucap Puspa, melaporkan kalau tadi melihat benda tajam di kotak yang ditutup taplak.

"Kok ada benda tajam. Siapa yang bawa?" tanya Bu Raya sedikit khawatir.

"Nggak tahu, Bu Raya. Tadi pas mau upacara saja belum ada," terang Puspa.

Bu Raya terlihat khawatir dan berjalan menuju bagian belakang kelas. Beliau melihat kotak yang cukup besar dan ditutup taplak meja.

"Nanti Ibu cek CCTV. Semoga bisa ketahuan, siapa yang memasukkan benda berbahaya di kelas kita, anak-anak."

"Ya, Bu Raya," ucap siswa kelas III serempak.

Bu Raya menyingkirkan taplak yang menutupi kotak berisi benda tajam tadi. 

"Apa ini, anak-anak?" tanya Bu Raya, dengan wajah penasaran.

"Nggak tahu, Bu." 

"Bu Raya buka saja."

Para siswa bersahut-sahutan menjawab pertanyaan Bu Raya. Dengan ragu Bu Raya membuka tutup kotak bergambar hati dan bertuliskan nama Bu Raya.

"Ya Allah. Kalian ini..."

Bu Raya sudah membuka kotak itu dan mengambil barang-barang yang tadi dimasukkan di sana.

"Selamat Hari Guru ya, Bu Raya!"

___

Branjang, 5 Oktober 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun