"Aku beli jenangnya, Angcan!" seru teman-teman Angcan, si angsa cantik. Mereka sedang mengelilingi Angcan yang sedang berjualan masakan ibunya.
"Sabar. Antre ya, teman-teman!" jawab Angcan.
Teman-teman Angcan menuruti perintah Angcan itu. Mereka berbaris ke belakang demi mengantre untuk membeli dagangan Angcan.
Di saat teman-teman sedang mengantre, seekor burung bernama Pipit tampak terbang sambil bersiul. Tak lama kemudian, Pipit itu bertengger di dahan pohon. Dia menikmati sejuknya suasana saat berada di dahan itu.
Dari tempatnya bertengger, dia melihat keramaian di sebuah pasar yang ada di tengah kampung. Teman-temannya mengelilingi Angcan, teman baik Pipit, yang berjualan.
"Angcan jualan apa ya? Kok ramai sekali," gumamnya.
Karena penasaran, dia turun dari dahan pohon dan mendekat ke arah kerumunan teman-temannya itu.
"Teman-teman, Angcan jualan apa? Kok sepertinya enak."
"Oh, kamu, Pit. Iya. Angcan jualan jenang jagung."
"Hah?"
"Iya, enak, manis dan legit lho, Pit! Kamu ikut antre saja di belakangku kalau mau beli."
Pipit mengangguk dan berdiri di belakang temannya. Dengan sabar teman-teman Pipit mengantre.Â
Lama kelamaan Pipit tak sabar dan akhirnya mengepakkan sayap, agar bisa beli jenang jagung lebih cepat. Namun, dia terkejut, karena di depan Angcan dipasangi tulisan 'Dilarang terbang saat membeli'.
Pipit nyengir saat membaca pengumuman itu. Apalagi teman-temannya banyak yang protes karena Pipit mau memotong antrean. Akhirnya Pipit kembali ke antrean awal.
Setelah menunggu lama, Pipit sudah berada di depan Angcan yang sibuk dengan jualannya dan wadah dari daun jati.
"Beli jenang jagungnya satu, Angcan!"
Angcan mengerutkan dahinya.
"Jenang jagungnya habis, Pit."
"Yaaa, kok habis sih!"
Angcan tertawa ringan. Dia menawarkan nasi jagung kepada Pipit.
"Nasi jagung? Apa enak?"
"Coba saja! Kalau enak, kamu bisa beli lagi," ucap Angcan.
"Oke. Aku coba makan nasi jagungnya. Tolong bungkuskan satu ya!"
Dengan cekatan Angcan mengambilkan nasi jagung untuk Pipit. Di atas nasi jagung diberi ikan asin, tempe goreng, sambal kentang dan rebusan daun pepaya.
Setelah pesanan dibungkus, Pipit segera membawa nasi jagung lengkap dengan lauknya ke sisi kanan Angcan. Di sana banyak temannya yang juga makan bersama.
"Aduh, ini enak nggak ya?" batinnya saat melihat nasi dan lauk pauknya.
"Yam, nasi jagungnya enak apa nggak?"
Ayam Jago yang sedang makan, menengok ke arah Pipit yang terlihat ragu untuk makan.
"Cicipi dulu, Pit! Kalau suka dilanjutkan makannya. Kalau nggak, kamu bisa kasih ke temen yang membutuhkan," usul Ayam Jago.
Dengan ragu, Pipit mencicipi nasi jagung dengan lauk pauk yang ada. Pipit terkejut dengan rasa makanan yang baru saja dibelinya itu.
"Waow, enak sekali!" seru Pipit.
Karena rasa nasi jagung yang dijual Angcan sangat enak, Pipit dengan cepat menghabiskannya.
"Ya, sudah habis. Padahal aku masih lapar," ucap Pipit sambil memegangi perutnya yang belum kenyang.
Pipit akhirnya kembali ke Angcan yang masih melayani teman-teman yang antre membeli makanan yang dijual Angcan. Pipit sangat senang, karena dia tak perlu antre lama untuk membeli nasi jagung. Hanya dalam hitungan beberapa menit, dia sudah berada di depan Angcan.
"Beli dua bungkus, Angcan!" ucap Pipit dengan semangat, sambil mengulurkan uang kepada Angcan.
Pipit tersenyum dan bertanya kepada Pipit,"Apa kamu nggak baca pengumuman di depanku ini?"
Pipit menatap Angcan yang sedang mengemasi wadah-wadah untuk jualannya tadi. Akhirnya membaca pengumuman yang ditulis Angcan.
"Nasi jagung dan lauk pauk sudah HABIS! Besok bisa beli lagi di sini. Angcan."
___
Branjang, 19 September 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H