"Pasti Allah menyiapkan lelaki terbaik untukmu, sayang."
Tak ada kata-kata lagi yang keluar dari mulutku. Hati seorang ibu pasti turut merasakan sakit ketika putrinya patah hati.
Kubiarkan Salsa menangis di pelukanku. Aku akan menjadi sosok perempuan seperti ibuku, yang dulu mampu menenangkan aku, saat aku ditinggalkan oleh lelaki yang kucintai. Kekasihku itu menikahi gadis pilihan orang tuanya. Kehangatan pelukan ibu bisa menentramkan aku. Kuharap Salsa juga bisa lebih tenang karena keberadaanku.
Mas Amar, ayah Salsa, berdiri di ambang pintu kamar Salsa. Dia memerhatikan kami yang hanya berpelukan.Â
Kuberikan tanda kepada Mas Amar untuk mendekat. Mungkin dia yang bisa lebih menenangkan Salsa. Sebagai anak perempuan, sudah pasti cinta pertamanya adalah ayahnya sendiri.
"Salsa, lihat ayahmu."
Mas Amar berjalan pelan dan duduk di samping kanan Salsa.
"Kamu sayang ayahmu 'kan?" tanyaku pelan.
"Kamu sering mengatakan pada Ibu, kamu pingin punya suami yang baik seperti ayah 'kan?"
Salsa tak menanggapi ucapanku. Tangan kiri Mas Amar meraih tubuh putrinya. Dipeluknya putri kami.
Kutatap kedua orang yang sangat berarti bagiku itu dengan senyum.