Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ingin Mencari Teman Lama

7 September 2024   08:23 Diperbarui: 7 September 2024   08:42 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: image creator from Microsoft Designer

Episode sebelumnya 

"Besok kalau liburan, aku sama kakak mau mencari Semar ya, Bu!" ucap Muti. Semar adalah semut merah, tetangga mereka yang menghilang bersama saudara-saudaranya.

"Boleh ya, Bu! Kami kangen dengan Semar dan adik-adiknya," bujuk Mutmut.

Mutmut memang terbiasa menjaga adik-adik Semar yang lucu dan menggemaskan. Baik Muti dan Mutmut menganggap Semar dan adik-adiknya adalah saudara sendiri. Apalagi setelah ibu dan ayah Semar meninggal.

Muti dan Mutmut sering main petak umpet, sekolah-sekolahan, dan makan bersama. Sejak Semar dan adiknya tidak pulang, mereka tak lagi bermain seperti biasanya.

Saat bermain sekolah-sekolahan, Mutmut yang usianya paling tua berperan sebagai guru. Apa saja yang didapatkan saat bersekolah bersama Bu Guru, pasti diajarkan kepada Muti, Semar dan adik-adiknya. Contohnya cara menjaga kebersihan rumah, kerjasama dan sebagainya.

Saat bermain pun Mutmut mengajari agar bisa menerima kekalahan. Dan saat memenangkan permainan tidak boleh sombong maupun mengejek teman yang kalah.

Tadinya memang Muti, Semar dan adik-adiknya sering bermusuhan kalau bermain bersama dan kalah dalam permainan. Karena ilmu yang diberikan Mutmut, mereka belajar untuk kalah dan menang dalam bermain. Mereka tidak akan bertengkar dan bermusuhan satu sama lain ketika hasil bermain tak sesuai yang diharapkan.

Ibu Muti dan Mutmut menjadi bangga dengan kedua anaknya, juga bangga dengan Semar dan adik-adiknya. Semar dan adik-adiknya dianggap sebagai anak sendiri. Dalam hal makan, minum dan sebagainya, tidak ada perbedaan di antara mereka.

**

"Sebenarnya Ibu juga kangen dengan Semar dan adik-adiknya, Muti-Mutmut. Tapi, Ibu khawatir kalau kalian tidak bisa pulang ke rumah lagi," terang Ibu.

"Ibu sudah kehilangan Semar dan adik-adiknya. Ibu nggak mau kehilangan kalian, nak."

Muti dan Mutmut memahami perasaan ibunya. Tetapi mereka ingin bertemu dengan Semar dan adik-adiknya, lalu mengajak pulang.

"Kalau mereka pulang kan bisa main dan belajar bareng lagi, Bu," ucap Mutmut.

"Tapi kalian masih terlalu kecil untuk mencari teman di tempat yang asing, nak. Sementara, Ibu nggak bisa menyertai kalian."

Ibu terdiam.

"Bagaimana kalau kita mencari bareng-bareng. Tetapi menunggu waktu Ibu luang dulu ya, nak," ucap Ibu.

"Nggak mau, Bu! Kami ingin segera mencari Semar dan adik-adiknya!" seru Muti.

"Iya, Bu. Insyaallah kami bisa menjaga diri dan punya ide untuk kami biar bisa pulang ke rumah lagi," Mutmut berusaha merayu Ibu agar diizinkan mencari teman-temannya itu.

Lalu Mutmut menceritakan kalau di sekolah sering diajak mencari jejak dalam kegiatan ekstrakurikuler Pramuka.

"Kakak Pembina mengajari caranya biar tidak tersesat, Bu! Nanti aku ajak Muti untuk meninggalkan barang-barang yang menjadi tanda, mana jalan yang telah kami lewati. Dengan tanda itu, kami akan mudah untuk pulang".

"Terus, untuk makan kalian bagaimana?" tanya Ibu penasaran.

"Kami 'kan biasa membantu Ibu sama bapak dalam mencari makan. Jadi, kami pasti bisa mencari sendiri nantinya."

Mau tak mau, Ibu mengizinkan kedua anaknya itu untuk mencari Semar dan adik-adiknya. Ibu memberikan catatan dan menyiapkan barang-barang yang harus dibawa Muti dan Mutmut. Ada senter, obat-obatan, sedikit makanan dan sebagainya. Kesemuanya dimasukkan ke dalam tas khusus. Nanti setelah menerima hasil belajar, Muti dan Mutmut tinggal berangkat saja.

___

Branjang, 18 Mei 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun