Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Puspus yang Baik dan Berani

13 Juli 2024   18:25 Diperbarui: 13 Juli 2024   18:26 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: image creator from Microsoft Designer

Seekor kucing berbulu hitam semburat putih bernama Puspus, tampak murung. Dia sangat sedih karena tidak bisa bermain bersama teman-temannya. Setiap kali menghampiri teman-teman di taman dekat kolam, pasti dia diejek. Makanya dia lebih senang menyendiri di rumah. 

Ibu Puspus turut bersedih karena anaknya hanya berada di rumah. Bermain sendirian. Atau hanya melihat teman-temannya dari atap rumahnya. 

Ibu Puspus sering menasehati Puspus dan teman-temannya untuk bermain bersama, tapi tetap saja diejek. Ibu teman-temannya juga sudah menasehati anak-anaknya, biar rukun satu sama lain. Tetap saja anak-anak mereka mengucilkan Puspus.

Saat melihat teman-temannya berkejaran di dekat kolam, dari arah pohon besar di dekat rumah Puspus terdengar suara citcit burung. Mereka terlihat lucu, terbang dan hinggap pada dahan pohon sambil bernyanyi riang.

Puspus ingin menirukan nyanyian burung itu. Tapi sayangnya, suaranya tidak bisa merdu seperti burung-burung di pohon itu.

"Nyanyinya sebisanya saja, Pus," nasehat Ibu Puspus.

Puspus mengangguk lalu melanjutkan nyanyinya. Meski tak semerdu suara burung-burung itu, lama kelamaan Puspus hafal lagunya.

Saat malam tiba, Puspus mengingat lucunya burung-burung yang bernyanyi dan terbang hinggap di pohon dekat rumahnya.

"Ibu, apakah aku boleh berteman dengan burung-burung itu?" tanya Puspus saat mau tidur.

"Tentu boleh, Pus."

"Tapi, gimana kalau mereka mengejekku?"

Ibu Puspus menatap anaknya dengan senyuman manis.

"Nggak boleh berprasangka buruk, Pus. Besok kamu kenalan sama mereka ya!"

Puspus mengangguk. Matanya terasa semakin mengantuk. Tak lama, dia tidur di pangkuan ibunya.

***

Pagi harinya, matahari bersinar terang. Menghangatkan tubuh setelah semalam hawa di sekitar rumah Puspus dingin. Puspus berjemur di dahan kering sambil merentangkan kakinya.

Saat berjemur, Puspus mendengar suara merintih. Dia meloncat ke beberapa arah untuk mencari sumber suaranya.

Beberapa saat kemudian, dia melihat seekor burung yang lucu sedang terjebak di semak berduri. Burung itu terlihat kesakitan dan sulit lepas dari semak-semak itu.

"Hai, burung kecil tenanglah, aku akan menolongmu!" seru Puspus.

Burung kecil itu tidak menyahut ucapan Puspus.

Tanpa menunggu waktu lama, Puspus melompat ke semak-semak di sekitar kebun yang berada di belakang rumahnya.

Dengan hati-hati dia menyibak semak-semak itu. Sesekali kulit dan bulunya terkena duri yang tajam. Namun, Puspus terus berjalan ke arah burung yang malang itu. Dia kembali menyibakkan semak yang menghimpit burung kecil itu.

Setelah beberapa saat menyingkirkan semak berduri dari tubuh burung kecil itu, akhirnya burung itu lepas juga. Dia terbang ke arah pohon yang lebih tinggi dari semak-semak.

Puspus menyusulnya dengan meloncat.

"Kamu nggak apa-apa kan, burung kecil?"

"Iya, kucing baik hati," jawab burung itu.

Puspus mengucapkan hamdalah dan mengenalkan dirinya.

"Aku Puspus. Namamu siapa?"

"Aku Pipit."

***

Setelah menolong Pipit, Puspus memiliki teman bermain. Bahkan temannya tambah banyak. Pipit mengenalkan teman-temannya kepada Puspus. 

Mereka berteman tanpa peduli perbedaan fisik. Saling membantu dan rukun satu sama lain. Hingga suatu saat, ada kucing jahat yang berniat mencelakakan Pipit dan teman-teman lainnya.

Kucing jahat itu bernama Meo. Tubuhnya besar dan terlihat galak. Meo ingin menyerang Pipit dan teman-teman Puspus. Meo tidak menyukai Pipit karena mau berteman dengan Puspus.

Meo ingin Pipit menjauhi Puspus. Entah kenapa Meo begitu benci dengan Puspus.

Karena Meo mau mencelakakan teman-temannya, Puspus menghalau Meo. Puspus yang dulunya sangat takut kalau bertemu dengan Meo, kini berani menghadapinya.

"Nggak ada yang boleh ganggu Pipit dan teman-temanku!" ucap Puspus marah.

Meo tertawa terbahak-bahak.

"Kamu si anak manja! Mana bisa kalahkan aku!"

Dengan berani Puspus berhadapan dengan Meo. Meski beberapa kali dia dicakar Meo yang terkenal jahat, Puspus tidak menyerah. Hingga akhirnya Meo menyerah. Kekuatan untuk menolong teman-temannya itulah yang membuat Puspus bisa mengalahkan Meo.

Meo jadi malu dan takut kepada Puspus. Sedangkan Pipit dan burung lainnya sangat mengagumi keberanian Puspus. Mereka sangat berterima kasih kepada Puspus karena diselamatkan dari serangan Meo.

Meo sendiri meninggalkan Puspus, Pipit dan teman-temannya dengan menundukkan kepalanya karena malu.

"Meo, sini!" seru Puspus.

Meo menghentikan langkah kakinya. Dia takut untuk mendekati Puspus dan teman-temannya. 

"Kita sekarang main bareng aja yuk!" ajak Puspus.

"Apa? Kamu mau main sama aku?" tanya Meo.

Puspus mengangguk.

"Tapi aku kan jahat sama kamu. Masa kamu mau temenan sama aku."

"Asal kamu nggak ulangi lagi ya!"

___

Branjang, 13 Juli 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun