Lalu meluncurlah cerita saat saya masih sekolah, tingkat SMP-SMA, saya sering mengirim surat dan diposkan. Untuk mengirimkan surat tadi harus menggunakan atau menempelkan perangko dengan nominal tertentu.
Nah sampai di situ, anak didik juga belum tahu seperti apa wujud dari perangko. Setelah itu baru saya tunjukkan perangko kepada mereka.
"Oh...seperti stamp dari mini market," begitu komentar mereka.
Saya mengulas sedikit tentang stamp atau perangko yang biasa ditempel pada amplop surat atau kartu pos itu fungsinya seperti ongkos kirim atau ongkir ketika orangtua mereka berbelanja online.
Cerita saya masih berlanjut, yaitu tentang cara mengirim surat sampai dibawa ke kantor pos. Surat bisa ditulis pada selembar Kartu Pos atau lembar kertas dan dimasukkan ke dalam amplop.
Praktik Membuat Surat
"Nanti Bu Guru akan memberi tugas kalian untuk menulis pesan dengan surat dan surat itu ditujukan kepada Bu Guru. Isi suratnya tentang pengalaman kalian ketika piknik, atau pengalaman berkesan lainnya," terang saya.
"Halah, Bu. Mbok kirim pesannya lewat WA saja. Gampang," komentar salah satu siswa.
Saya jelaskan kalau menulis pesan lewat WA itu hal biasa untuk saat ini. Jadi mereka tetap diajak untuk memiliki pengalaman baru.
"Kalian belajar menulis dan praktik menulis surat. Suatu saat kalau kalian mau mengirim pesan tapi tidak tahu nomor teman atau saudara, kalian bisa kirim surat. Tapi kalian harus tahu alamatnya," jelas saya lagi.
Akhirnya saya bagikan kertas kepada siswa. Saya bimbing anak didik untuk membuat surat pribadi yang sederhana. Mulai dari kalimat pembuka sampai bagian penutup surat.