"Huuu, kamu itu aneh, Ki! Diajak bermain kok malah pegang buku," cemooh teman-teman Kiki.
Kiki adalah kumbang yang paling berbeda dari teman-temannya. Dia sering bermain ke gua tua. Di sana dia bertemu seorang Kakek yang memiliki buku yang sangat banyak. Dari kakek itulah, Kiki belajar membaca. Akhirnya dia memiliki hobi membaca. Buku-buku koleksi Kakek yang tinggal di gua tua dibaca hingga habis.
"Aku hanya membagi waktu kok, teman-teman. Kalau Sabtu dan Minggu, aku kan juga bermain dengan kalian," jawab Kiki.
"Tapi kamu nggak asyik!"
Teman-teman Kiki meninggalkannya. Kiki hanya ingat kalau teman-teman belum tahu apa manfaat dari membaca buku. Kalau mereka tahu, pasti akan rajin belajar membaca juga.
***
Belum lama ini, persediaan makanan di taman kampung Kiki sangat terbatas. Tak seperti biasa, bunga-bunga cepat layu. Cuaca yang sangat panas membuat tanaman kekurangan air.
Teman-teman Kiki sangat menyukai makanan nektar bunga, sari bunga atau madu. Sedangkan Kiki, dia tak hanya makan seperti itu. Dia diajari oleh Ibunya agar mau makan kayu lapuk atau kotoran hewan.
"Teman-teman, biar nggak cepat habis madu bunganya, kita makan kayu lapuk di dekat gua tua, yuk! Nanti kita bisa belajar membaca sekalian," usul Kiki.
Teman-teman Kiki merasa jijik dengan dua makanan yang disebutkan Kiki tadi.
"Aku sudah sering dinasehati Ibu buat makan seperti itu. Tapi aku mau muntah pas mencicipinya!" jawab Tutu, teman Kiki yang paling manja.
"Iya. Aku juga! Baunya itu bikin pusing!" kata Dede, teman Kiki yang sering pamer makanan enak yang dibeli Mamanya.
"Tapi kan orang tua kita juga makan seperti itu. Nggak pilih-pilih," sanggah Kiki.
"Sebaiknya kita belajar makan yang mudah kita dapatkan," ucap Kiki lagi.
"Madu, sari bunga atau nektar kan biasanya juga banyak," kata Tutu.
"Iya, Tutu. Kamu benar. Tapi kita tahu sendiri kan, kalau tanaman di taman kampung kita kekeringan. Bunganya cepat layu. Bahkan ada yang mati."
Teman-teman Kiki tetap tak mau menerima ajakan Kiki.
***
Beberapa hari kemudian, Kiki terkejut melihat teman-temannya berada di dekat dengan gua tua. Ada yang belajar membaca bersama kakek yang tinggal di gua itu. Ada juga yang mencicipi kayu lapuk.
"Hai, Dede. Kok kamu mau makan kayu lapuk?" tanya Kiki.
Dede tersenyum malu.
"Kamu benar, Kiki. Kita harus mau makan apapun di sekitar kita. Biar nggak kelaparan."
Lalu Dede cerita kalau Mamanya menyuruhnya ke dekat gua tua. Sedangkan Mama dan Papanya kalau makan dengan mencari kayu lapuk atau kotoran hewan yang biasanya banyak di sekitar sungai atau kandang hewan milik petani.
"Kata Mama, aku juga harus belajar bersama Kakek itu," jawab Dede sambil menunjuk Kakek yang sedang mengajari Tutu.
"Oh ya?"
Dede mengangguk.
"Terus kamu sudah belajar?"
"Sudah, Ki. Kami belajar gantian. Ternyata mudah ya belajar membaca itu. Kakek juga sabar mengajarnya."
Kiki tersenyum.
"Iya. Sejak dulu Kakek itu memang senang mengajar kok. Ibuku, Mama-mu, Ibu Tutu dan semua orang di kampung kita, dulu belajar sama Kakek."
"Dari mana kamu tahu?"
"Ibu yang cerita, De. Apa Mama-mu nggak cerita?"
"Aduh. Pernah apa nggak ya? Aku lupa, Ki!"
Dede tersenyum malu.
"Nggak apa-apa. Yang penting kita rajin belajar membaca dulu. Besok kalau sudah besar, kita akan tahu manfaatnya."
"Benar katamu, Ki. Ibu juga bilang begitu," kata Tutu yang mendekati Kiki dan Dede. Ternyata dia sudah selesai belajar membaca.Â
Kiki senang, teman-temannya banyak yang mulai belajar. Secara bergantian mereka belajar kepada Kakek. Kiki tidak masalah meski jatahnya belajar harus paling akhir.Â
___
Branjang, 27 April 2024
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI