"Makanya kamu diam saja! Jangan bilang sama ibuku!"
Koko berjalan terus, hingga dia sampai perbatasan kampungnya dengan hutan. Sejenak dia melihat sekeliling tempatnya berdiri. Ada sungai yang jernih, pohon tinggi dan besar.
Suasana di situ sudah terasa beda. Koko ragu untuk masuk ke dalam hutan. Tapi, dia merasa sudah terlanjur sampai dekat hutan.
"Rugi dong, kalau aku nggak masuk sekalian," batin Koko.
Akhirnya Koko masuk ke dalam hutan. Sambil melihat suasana hutan, dia merasakan kalau di hutan itu sangat dingin udaranya. Semakin jauh masuk hutan, Koko semakin sulit melihat keadaannya. Sangat gelap! Tambah lagi suara burung gagak yang sangat keras, menambah suasana hutan semakin mencekam. Koko memang takut dengan suara burung gagak.
Sesaat telinganya mendengar desis ular. Tak lama, seekor ular besar mendekat ke arahnya. Koko hanya mengamati saja. Lalu mereka bermain bersama. Koko senang bukan main. Namun tiba-tiba ular itu melilit tubuhnya yang masih kecil.
"Jangan lilit aku, teman!" teriak Koko sambil berusaha melepaskan diri dari lilitan ular. Bukannya dilepaskan, ular itu semakin kuat melilit.
Koko merasa tubuhnya tidak kuat melawan ular itu. Namun tak lama, ada seekor kucing besar membantunya untuk lepas dari ular. Koko mengira kalau itu adalah Kucing Hutan. Tubuhnya terlihat kuat dan mampu menyerang ular besar tadi. Akhirnya ular itu pergi dengan luka cakaran dari Kucing Hutan.
"Kamu tak apa-apa kan?"
"Iya," jawabku lemas.
"Kamu itu siapa. Sepertinya aku tak pernah melihatmu di hutan ini?"