Menulis menjadi hobi yang bisa jadi bermanfaat selama itu bernilai positif. Hal itulah yang saya pegang ketika menulis, baik di Kompasiana, blog pribadi dan media sosial lainnya.
Sebelumnya saya tak membayangkan kalau bisa menulis cerita untuk anak. Jauh sebelum bergabung dengan Kompasiana, saya menulis dengan ragam kanal melalui blog atau platform lain. Saya tak membatasi diri untuk menjadi penulis yang berfokus pada satu hal. Menulis itu mengalir apa adanya.
Pada platform sebelumnya, terus terang saya menulis dengan nama pena. Saya tak ingin diketahui oleh para pembaca. Alhasil, memang banyak sahabat yang bertanya sebenarnya siapa di balik akun tersebut. Namun di Kompasiana, saya ingin tampil lain.
Kembali, kenapa saya bisa tertarik menulis cerita anak. Saya ingat betul, dahulu saya sangat tertarik dan terkesan dengan salah satu penulis yang bisa menulis cerita anak, baik dengan tokoh anak maupun hewan. Nama penulisnya, Lina WH. Tercatat juga sebagai Kompasianer, meski saat ini beliau kurang aktif karena memiliki proyek menulis novel.
Cerita anak yang ditulis Mbak Lina dibuat secara bersambung dengan judul Aqil dan Noya (1-25). Padahal dalam kenyataan, jarang sekali penulis cerita anak yang menulis secara berseri seperti itu. Dari cerita Mbak Lina, cerita itu ditulis untuk mengajak bercerita putranya yang masih balita.
Dari cerita anak yang ditulis Mbak Lina inilah yang membuat saya terpacu untuk berlatih menulis cerita anak. Cerita anak yang pertama kali saya tulis berjudul Angsa yang Baik Hati. Tulisan ini juga saya publikasikan di Kompasiana. Ada empat seri yang saya tuliskan.Â
Kalau dibaca-baca, cerita ini masih sangat kurang. Namun sangat berharga bagi saya pribadi, karena menjadi awal bermunculannya cerita anak yang saya lahirkan sampai saat ini.
Baru pada saat masa pandemi, saya bisa menulis fabel Persahabatan di Dunia Rusa. Ada tiga puluh seri yang terpublikasi di Kompasiana ini.Â
Meski sering menulis cerita anak, bukan berarti saya menampilkan diri sebagai penulis cerita anak. Saya sadar, menulis cerita anak itu sulit dan melelahkan karena harus menempatkan diri sebagai anak-anak.
Dari cerita anak yang terpublikasi di Kompasiana, tahun 2021 saya kumpulkan menjadi satu naskah dan terbit dengan judul buku "Damai itu Indah". Baru pada akhir tahun 2023 saya memperbaiki atau mengedit naskah buku kumpulan cerita anak kedua saya. Lagi-lagi, buku ini berasal dari tulisan yang telah terpublikasi di Kompasiana.