***
Sesaat mataku terpejam. Sampai kudengar pintu diketuk dari teras.Â
Aku bergegas melangkah ke arah pintu depan dan mengecek siapa yang mengetuk pintu di waktu hampir tengah malam. Dari jendela kulihat ada Mas Akza di sana.
Pelan-pelan kubuka pintu.Â
"Assalamu'alaikum, Fadia."
Kujawab salam itu sambil melangkah ke kamar. Aku ingin segera tidur. Kepalaku terasa pusing karena sulit tidur dan menangis.
Mas Akza menyusulku. Sementara aku kembali berbaring di ranjang.
"Bukankah Mas mau tidur di rumah Ibu?"
Lama tak ada jawaban. Kucoba untuk kembali tidur. Tak juga berhasil.Â
Mas Akza merebahkan tubuhnya di sampingku.
"Menenangkanmu, menjadi tanggungjawabku, Fadia. Kalau aku tak bersamamu, kamu akan selalu kesal padaku. Itu nggak baik," ujar Mas Akza.