Mereka bekerja sambil mengobrol.Â
"Nanti Mbak Ririk ajari bikinnya ya!" ucapku.
***
Semua potongan mahkota bunga dan daun bagian luar dipanaskan pada nyala lilin. Tujuannya biar hasil rangkaian bunga dan daunnya terkesan alami.
Anak-anak memanaskan potongan-potongan tadi dengan hati-hati, sesuai petunjuk dariku. Sesekali aku mengingatkan anak yang bercanda saat memanaskan guntingan botol plastik tadi.
Ketika akan melanjutkan proses membuat bunga dari botol bekas, dari jauh seorang anak laki-laki, Nabil, berlari-lari sambil melambaikan tangannya. Sementara di belakangnya terlihat sosok yang tak asing bagiku. Kau!
Aku tak tahu, kenapa kau mendatangi kami. Padahal kutahu kalau kau diajak teman-teman untuk merayakan ulang tahunmu.Â
Tak sampai dua menit, kau dan Nabil sudah sampai gubuk. Kau beri salam kepada kami dan meminta izin untuk bergabung bersama kami. Hanya anggukan kepala yang mengaminkan keinginanmu. Anak-anak pun menyambut baik kedatanganmu.
Mengingat waktu yang sudah cukup sore, aku melanjutkan kegiatan bersama anak-anak.
Anak-anak mulai kuajak memasang kawat pada tutup botol. Kuberikan contoh untuk melubangi botol dan memasukkan kawat lalu menyimpulkan ujung kawat tadi. Kau yang sedari tadi hanya melihat kegiatan kami, akhirnya membantu anak-anak dalam melakukan proses itu.
Setelah selesai memasang kawat pada tutup botol, dilanjutkan merangkai mahkota bunga menjadi bunga yang cantik. Dengan bantuan lem tembak. Tetapi lem tembak terpaksa tidak menggunakan alat listrik karena di gubuk tua tak ada jaringan listrik. Jadi, lemnya dibakar dan lelehannya langsung ditempelkan ke mahkota, satu persatu.