Aku mengangguk, meski hatiku berkata kalau aku memang telah mengecewakan mamak dan bapak. Tetapi, kegiatan bersama anak-anak ini sudah menjadi panggilan.Â
Rasanya aku tak tega kalau anak-anak hanya senang dengan gadget. Aku ingin mereka tak tergantung pada gadget, sekaligus melatih mereka untuk lebih mencintai alam.
Mereka kuajak untuk mengumpulkan sampah organik maupun anorganik dan memisahkannya. Sampah organik yang sudah dipisahkan tadi, kupasrahkan pengelolaannya pada temanku. Aku kurang menguasai cara pengolahan sampah organik.Â
"Mbak Ririk, kita jadi bikin bunga 'kan?" tanya si cantik Sinta.
Kuacungkan ibu jariku sebagai jawabnya.
"Tapi kita tunggu teman-temanmu dulu ya!"
"Oke, Mbak Ririk!"
Sinta membantuku menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan. Biasanya bunga dibuat dari kantong plastik warna-warni atau kertas. Kini bahan yang disiapkan adalah botol bekas,kawat dan tutup botol. Dengan alat berupa gunting, cutter, lem tembak dan lilin.
Begitu bahan dan alat siap, aku dan Sinta duduk di galar bambu. Dari jarak jauh, terlihat teman-teman Sinta yang mulai berdatangan.Â
Sebenarnya mereka bukanlah dari keluarga miskin. Malah kebanyakan dari keluarga orang berada.
Aku bersyukur, meski tetangga memandang sebelah mata akan kegiatanku, ternyata orang tua anak-anak itu sangat senang dengan kegiatan yang diikuti anak-anak mereka.