Bulan Desember tahun ini, saya tepat lima tahun bergabung di Kompasiana. Akan tetapi tulisan yang saya publikasikan tidaklah sebanding dengan teman-teman seangkatan yang juga bergabung di bulan dan tahun yang sama, seperti tulisan Mbak Ari, Mas Zaldy dan sebagainya.
Memang ada penyebabnya sih, kenapa saya bisa tertinggal jauh, baik di jumlah tulisan maupun poin. Saya sempat vakum beberapa bulan karena proses pemulihan kesehatan.Â
Alhamdulillah, saat ini saya mulai nulis-nulis lagi di Kompasiana. Meski dalam satu bulan belum tentu ada dua puluh artikel yang saya publikasikan. Ya, untuk menunjukkan saja kalau saya masih menjadi keluarga di Kompasiana.
Lalu apa saja yang saya lakukan di Kompasiana sampai saat ini?
Mengikuti Beberapa Event Cerpen
Bergabung ke Kompasiana tentu saja menulis menjadi hal pokok yang dilakukan oleh Kompasianer. Apapun jenisnya.Â
Ketika menulis tanpa melihat topik pilihan dan sebagainya, saya melihat beberapa event yang diselenggarakan oleh beberapa komunitas.
Meski bukan penulis yang keren, saya mengikuti event demi event menulis. Terutama event menulis cerpen yang kebetulan saya tahu. Dari sekian banyak event, hanya beberapa yang mendapatkan hasil yang sesuai harapan.
Event pertama yang berhasil saya menangkan adalah menulis cerpen dengan tema hujan. Mengisahkan sepasang sahabat yang terpisah jarak dan waktu. Namun pada akhirnya keduanya bisa dipertemukan saat musim hujan. Penasaran dengan cerpennya?Â
Baca Dia yang Pergi dan Hadir lagi Kala HujanÂ
Lalu ada event yang diselenggarakan oleh Bu Lilik Fatimah Azzahra. Event-nya menulis cerpen dengan inspirasi lagu-lagu yang didengar. Di saat para Kompasianer menulis haru biru cinta, saya paling beda. Menulis cernak! Judulnya Semut-semut Nakal.Â
Baca Semut-semut Nakal
Terakhir event menulis cerita anak bertema puasa dan lebaran yang diselenggarakan oleh KomPak'O. Dari event ini, Alhamdulillah dua naskah cernak lolos dan terbit dalam buku berjudul Kejutan Terindah di Hari Kemenangan.
Bergabung ke Projek Puisi Berbalas
Dengan bergabung di Kompasiana, saya bisa belajar banyak dari Kompasianer lainnya baik melalui tulisan mereka, diskusi-diskusi dengan Kompasianer lewat WhatsApp Group maupun japrian.
Sejauh ini, saya masih bergabung dengan WAG KPB dan Pulpen. Mengenai masuknya saya ke KPB sendiri, bisa terbilang nekad.Â
Dulunya saya sering berkomunikasi dengan mbak Anis Hidayatie, ketika masih menulis di platform lain. Kalau tak keliru, beliau mengajak beberapa Kompasianer untuk membuat projek puisi berbalas. Akhirnya WhatsApp Group Project Puisi Berbalas (PPB) dibentuk.Â
Konsep buku itu terbilang unik dan menurut senior, buku seperti itu baru satu dan digagas oleh mbak Anis. Puisi-puisi dengan ragam tema, bisa dibalas dengan tulisan para Kompasianer lainnya. Jumlah penulisnya ada 26.Â
Dalam perkembangannya, WAG PPB lebih berwarna dan berubah menjadi WAG KPB, menyesuaikan nama komunitas resminya. Jumlah penulis yang tergabung di grup lebih banyak.Â
Saya kurang mengikuti grup ketika mbak Anis dan teman-teman (yang kini menjadi admin KPB) berjuang di Jakarta untuk mendaftarkan komunitas ini. Pasalnya, ketika mereka berembug, bertepatan dengan berpulangnya ibu saya.Â
Kalau saya amati, dari anggota awal, ya tinggal beberapa saja yang aktif di grup maupun Kompasiana. Saya pribadi sangat senang karena dengan banyaknya Kompasianer yang bergabung di KPB, warna grup seperti semboyan Indonesia.Â
KPB ini, dulu sering mengadakan event menulis dan membukukan tulisan-tulisan tadi. Yang paling saya ingat ya buku Puisi Berbalas. Para pembaca bisa meminjam buku di ipusnas jika penasaran, siapa saja anggota KPB awal.Â
Kedua, event Bu Widz ketika ulang tahun. Saya beranggapan bahwa event ini merupakan event terbesar yang diselenggarakan KPB dan Bu Widz. Dari event ini, para pemenangnya (Pak Budi Susilo, Pak Marakara, Mas Sayhrul Chelsky, Mas Ikhlas dan Mbak Niek-Ummu El Hakim) mendapatkan reward berupa membukukan tulisan-tulisannya.
Event lain yang tak kalah seru adalah event mbak Aliz yang mau menawarkan tulisan-tulisan para Kompasianer untuk masuk ke perpustakaan sekolah. Alhamdulillah itu sudah terlaksana. Juga event inspiratif dalam perayaan HUT RI yang dimandegani Mbak Heni.
Bergabung ke Komunitas Pulpen
Beberapa bulan terakhir, saya bergabung ke Komunitas Pulpen. Perkumpulan Pencinta Cerpen.Â
Dari Komunitas Pulpen ini, saya melihat betapa sang pendiri, Pak Y. Erdward Horas berdedikasi tinggi untuk mengembangkan komunitas dan memacu para penulis fiksi. Sampai saat ini tercatat ada delapan event sayembara menulis cerpen dengan beragam tema dan genre.
Materi kepenulisan pun sering diselenggarakan, meski saya belum bisa bergabung dalam kegiatan ini. Mengingat waktu penyelenggaraan yang membuat saya harus membuat pilihan, antara bercengkerama dengan anak-anak atau menyimak materinya.
Apapun itu, saya sangat bahagia bisa berkumpul dengan orang-orang yang optimis, bersemangat untuk memajukan literasi dan dunia sastra ini.Â
Tentunya saya pribadi sangat berterima kasih dan bersyukur karena dipertemukan teman-teman baik di Kompasiana. Di sinilah saya menimba ilmu menulis.Â
Selamat ulang tahun ke-15, Kompasiana! Semoga terus menjadi rumah menulis yang menginspirasi bagi para Kompasianer di penjuru nusantara.
___
Branjang, 22 Oktober 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H