"Bukan muhrim!"
"O...kirain karena khawatir ada cowok yang ilfil," ucapmu ketus.
Kupukul tanganmu keras-keras. Kau mengaduh.
"Sembarangan!"
***
Akhirnya sampai juga ke tempat tujuanmu. Ternyata kau mau mengambil buket bunga. Aku tertawa keras karena tak biasanya kau romantis-romantis begitu. Lagipula, siapa yang mau kau kasih bunga, coba! Cewek saja tak punya. Ke mana-mana ngajak aku.
"Nggak usah ngolok-olok aku," ucapmu datar.Â
Kau jelas terlihat gusar karena sudah aku olok-olok. Menyadari itu, aku berhenti tertawa. Aku tak mau ditinggal di toko bunga. Kau pernah meninggalkan aku kalau aku mengolokmu.
"Iya, maaf. Kita langsung pulang saja ya!" ajakku.
Kau diam. Kita kembali menyusuri jalan di tengah panasnya cuaca di tanah kelahiran kita. Aku hafal arah ke mana motormu kau lajukan. Kau menepati janjimu, ke Pawon Duren.
Kau langsung memesan cemilan dan minuman di sana. Tanpa tanya ini-itu padaku karena sudah pasti aku akan menyebut menu kesukaanku.