Kulihat putriku, Aisyah, kini sudah dewasa. Sudah lulus kuliah. Semakin cantik saja dia. Lebih cantik daripada aku.
Aku sangat bersyukur, setelah lulus kuliah, dia bekerja. Profesinya adalah jenis pekerjaan yang diidam-idamkannya sejak kecil, menjadi guru. Ya, meski dia hobi melukis tapi itu tak menyurutkan cita-citanya untuk menjadi guru.Â
Hari ini adalah hari pertamanya mengajar. Dengan penuh semangat, dia berangkat ke sekolah. Seragam khakhi, jilbab dengan warna senada, sepatu warna hitam mengkilat dia kenakan.Â
Sedangkan untuk riasan wajah, dia lebih memilih riasan natural. Baginya penampilan sederhana sudah cukup untuk dirinya. Dia berpendapat bahwa penampilan guru tidak perlu terlalu norak.Â
Dengan senyum mengembang, dia berpamitan padaku. Diciumnya punggung tanganku.
"Aku berangkat dulu ya, Ma!" pamitnya.
"Hati-hati, Aisyah."Â
Aku hanya memberikan doa restu saja, semoga di hari pertamanya mengajar dan hari-hari berikutnya, dia diberikan kemudahan dan kelancaran.
***
Kuingat saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar, dia kurang percaya diri saat bergaul dengan teman-temannya. Padahal kalau dilihat dari fisiknya, putriku itu cantik, kulit bersih dan tinggi. Aku sering mendandaninya bak Cinderella.Â