Pernah kutanyakan kepada bapak, ibu kenapa. Tak ada jawaban yang kudapatkan. Hingga suatu saat akhirnya ibu keluar dari gelapnya kamar tadi. Bukan wajah cantik yang penuh senyum yang kutemukan. Ibu yang biasa terlihat cantik, kulihat bermata sembab. Rasanya aku semakin penasaran. Kalau aku bersalah kepada ibu, aku yakin tak akan seperti itu sikapnya.
Aku hanya mengira-ngira kalau ibu sakit hati dengan ucapan bapak. Dalam perjalanannya, saat aku semakin paham dengan perbedaan mencolok antara ibu dan bapak, aku pernah berpikir ingin bersama ibu saja kalau sampai mereka bercerai. Alasanku, aku tak nyaman dengan sikap bapak. Itu saja.
***
Di masa remaja hingga dewasaku, bapak tak juga berkurang sikap dan bicara kasarnya. Bahkan saat malam takbiran Idul Fitri, konflik dengan bapak semakin meruncing. Aku sedih, waktunya untuk bersuka cita dalam menyambut kemenangan di hari lebaran di mana manusia menjadi fitrah, kami malah berselisih. Ribut tak karuan.
Aku merasa, baik puasaku maupun puasa bapak hanya mendapat laparnya dan capeknya saja. Jangankan Lailatul Qadar, suasana adem di hati jarang kudapatkan saat malam Idul Fitri.
Orang tua memang guru pertama bagi anak. Jadi, aku merasa mendapatkan pelajaran yang serupa dari bapak. Tak mau mengalah. Hingga bertengkar dengannya. Menyebalkan sekali.
Lucunya, bapak sering merasa kalau sudah menjadi bapak yang baik. Selalu memerhatikan anak-anaknya. Itu dikatakannya belum lama ini kepada suamiku. Aku dan anak-anak mendengar ucapan itu.
Dalam hati, aku menyangkal ucapan bapak karena selama ini perhatian bapak sangat jarang kudapatkan. Tetapi aku memutuskan untuk diam. Kalau kusanggah ucapan bapak, sudah pasti akan konflik lagi. Aku tak mau kalau anak-anakku melihat ibu dan simbahnya bertengkar.Â
***
Akhir-akhir ini, di usia senjanya, bapak sering curhat kalau tak punya gairah hidup lagi. Pada awalnya aku kurang paham, apa yang menjadi alasannya. Ternyata bapak mengalami puber kedua.
Ibu sudah tiada. Lalu bapak menemukan kenyamanan lagi dengan seorang perempuan. Aku menarik kesimpulan itu setelah Bulik bercerita. Bulik bercerita kalau bapak merasa seperti ditinggal ibu, saat perempuan yang disukai bapak tak lagi ditemuinya.