Kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT sudah menjadi berita yang basi tetapi selalu ada. Itu bisa dialami siapa saja. Entah kaya-miskin, tanpa peduli profesinya bisa saja mengalami KDRT.
KDRT sendiri bisa saja dalam bentuk fisik maupun mental. Dalam bentuk fisik ditandai dengan luka, lebam pada bagian tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kekerasan seperti ini mudah dilihat, apalagi jika objek atau lukanya bisa dilihat pada bagian tubuh yang terbuka seperti wajah atau tangan.
Akan sulit diketahui jika kekerasan itu dialami secara mental. Tak ada orang yang bisa mengenali dengan mudah kekerasan dalam bentuk ini. Meski begitu, bagi si penderita tentu tersiksa, trauma, bahkan bisa depresi.
Pelakunya juga bisa jadi tak sadar kalau sudah melakukan kekerasan terhadap pasangannya karena lukanya tidak membekas secara fisik. Namun sebenarnya pelaku bisa memperhatikan beberapa tanda jika pasangan mengalami kekerasan mental.
Setiap pasangan suami-isteri harus membuka komunikasi yang baik agar tidak terjadi KDRT baik fisik maupun mental. Karena KDRT ini bisa memunculkan dampak negatif yang panjang bagi korbannya.
Saya menyimak salah satu edukasi dari Psikiater RSUD Wonosari Gunungkidul, dokter Ida Rochmawati. Dari dokter Ida saya mendapatkan pencerahan bahwa KDRT bisa menimbulkan Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD).Â
Apa itu PTSD? PTSD adalah gangguan pasca trauma. Artinya gangguan mental yang muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang bersifat traumatis atau sangat tidak menyenangkan.
Adapun gejala stress pasca trauma antara lain flashback, hypervigilance, avoidance, pemikiran dan perasaan negatif serta perubahan suasana hati.
Pertama, flashback. Penderita akan mengalami gejala di mana kejadian atau peristiwanya sulit lepas dari ingatan. Bisa saja penderita mengalami mimpi berulang akan peristiwa tersebut.
Kedua, hypervigilance. Penderita mengalami kewaspadaan yang berlebihan. Kewaspadaan itu seakan-akan mengandung ancaman sehingga itu menghantui penderita setiap saat. Bahkan ancaman terus dirasakan oleh penderita.