Kami mendengarkan ucapan perempuan di depan kelas. Perempuan itu adalah guru kami. Bu guru sangat baik, murah senyum, ramah. Tak pernah marah.
Hari ini, Bu guru merasa kalau kami marah dan kesal padanya. Itu dikatakannya, "Kalian ada apa? Kok dikasih pertanyaan malah jawab 'emoh' sambil cemberut? Bu guru salah apa ke kalian?"
Tak ada yang mau menjelaskan permasalahan kami hari ini. Ya sebenarnya sudah beberapa hari kami bertengkar. Permasalahannya sepele.Â
Bu guru bertanya kepada Arvel. Arvel hanya mengatakan, "Aku nggak tahu, Bu. Nggak ikut-ikutan".
Begitu juga ketika Bu guru bertanya kepada Vivi yang duduknya berdekatan dengan Vita dan Ayu. Dia menggeleng. Kupandang Ayu dan Vita yang tempat duduknya berhadapan dengan tempat dudukku.
Tak ada keterangan dari mereka. Bu guru menggelengkan dan menghembuskan napas. Sesekali menuju pintu kelas yang terbuka. Mungkin untuk mencari angin segar dan menenangkan diri.
"Oke. Anak-anak, sekarang kalian keluarkan kertas. Tugas kalian menulis peristiwa hari ini yang membuat di antara kalian terlihat marah sama Bu guru!"
Kami mengeluarkan kertas. Menulis apa yang diperintahkan Bu guru. Di antara kami ada yang bingung untuk menuliskannya.
"Aku nggak ikut-ikutan lho, Bu. Kok disuruh menulis juga," protes Arvel.
"Biar Bu guru tahu permasalahan kalian. Kalau kalian seperti ini terus, pelajaran bisa terhambat".