"Lho, apa salahnya kalau dia reunian sama teman-temannya?" Sandra menyela ceritaku.
"Aku nggak menghalanginya, Ndra. Nggak sama sekali. Tapi aku ingin dia meluangkan sedikit waktu untuk aku."
Kuceritakan pula kalau kau tak mau mengenalkanku dengan sahabat-sahabatnya. Seperti yang dilakukan sahabatmu kalau sudah punya gandengan.
"Nah, kan kamu kalau sahabat Aji ngenalin kekasihnya. Berarti dia pernah ngajak kamu. Gimana sih kamu ini, Rana?"Â
"Aku tahunya dari story WhatsApp Aji, Ndra. Mereka foto bareng. Terus aku yang tanya, siapa perempuan yang berdiri atau duduk di samping temennya. Baru Aji cerita."
Sandra manggut-manggut saat mendengar ceritaku. Tapi tanggapan belum keluar dari mulutnya.
"Mungkin Aji ada pertimbangan sendiri, Rana. Coba dikomunikasikan. Pasti ada jalan untuk hubungan kalian," petuah bijak sahabatku itu.
Terus terang aku masih bingung untuk berkomunikasi denganmu. Telepon atau video call, sudah pasti harus menunggu waktu yang pas. Beruntung kalau kau mau mengangkat teleponku. Kalau tidak, nelangsanya aku.
***
"Pantas kau nggak mau menemuiku. Nggak menghubungiku. Ternyata kau malah ada hubungan dengan Sandra, Ji," aku bicara dengan fotomu yang kubingkai dan kupajang di dinding kamarku.
Tanpa sengaja, tadi siang aku melihat Sandra. Tak seperti biasanya Sandra pergi tanpa aku atau adiknya. Yang sangat mengejutkanku, kau menggandeng tangan Sandra.