Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Anom dan Kambingnya

8 September 2022   05:53 Diperbarui: 8 September 2022   06:04 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suara tangis sudah berkurang. Tinggal misek-misek atau sesenggukan saja. Dia adalah Anom, anakku satu-satunya. Aku yakin sebenarnya dia masih ingin menangis tapi sudah kelelahan.

Sebenarnya Anom termasuk anak yang kuat. Jarang nangis. Bahkan saat dia jatuh saat bersepeda dan terjun ke parit, dia hanya meringis. Padahal akibatnya dia harus dibawa ke Puskesmas. Luka di pelipisnya harus dijahit.

Banyak yang mengira kalau Anom itu bakal kapok setelah jatuh dan lukanya dijahit. Aku hanya tertawa. Bagaimanapun aku hafal dengan anakku. Tak ada rasa kapok akan apapun.

Aku sendiri sebenarnya juga heran, kenapa anakku bisa seperti itu. Kadang terpikir di kepalaku, kalau kelakuan Anom itu foto kopian atau scan-an perilaku ayahnya dulu.

"Nggaklah, bune. Aku tuh kalem," suamiku ngeles kalau sudah menyinggung ulah Anom.

***

Beberapa waktu ini di sekitar kapanewon atau kecamatan tempat tinggalku ada maling di siang bolong. Si maling menyamar sebagai petugas bank plecit.

Saat melakukan aksinya, tentu si maling berpenampilan rapi. Layaknya petugas bank-bank plecit. Demi menarik calon nasabahnya.

Dari kabar yang kudengar, dalam melakukan aksinya, si pelaku tadi membawa bagor atau karung dan lakban. Ada-ada saja. Nyamar rapi tetapi di jok motornya tersimpan karung dan lakban.

Tetapi kalau dibilang cerdas ya lumayan si maling nekad itu. Saat calon korban atau "nasabah" di bank plecit nan abal-abal, pelakunya pura-pura mau ke toilet si pemilik rumah.

Dan pasti banyak dugaan muncul, di saat ke toilet itulah si maling beraksi. Mendekati kandang kambing atau di kebonan tempat kambing dilepas dari kandang. Meski dilepas, tetap si kambing dicencang pada patok atau batang pohon.

Pelaku pencurian itu segera mengeluarkan senjatanya, lakban hitam. Lalu didekatinya si kambing. Sasarannya mulut kambing dilakban. Otomatis, kambing tak akan bersuara dan tidak mengundang kecurigaan pemilik atau warga sekitarnya.

Dengan mudahnya kambing dimasukkan ke karung setelah dekat dengan motornya. Aku membayangkan, betapa berat dan sulitnya memasukkan kambing ke dalam karung. 

***

Nasib kemalingan di siang bolong beberapa kali terjadi. Tak terkecuali di rumahku. Kambing Anom digondol petugas bank plecit KW. Itulah yang membuat anakku itu menangis hebat. Maklum, kambing itu merupakan hewan kesukaan Anom.

Oleh karena seringnya maling beraksi, warga melapor ke Polsek. Pihak Polsek menelusur siapa pelaku pencurian di kapanewon kami. Ternyata pelakunya berasal dari luar provinsi. 

Usaha Polsek berbuah manis. Pelaku pencurian kambing tertangkap. Tentu kami lega.

"Ini dampak dari kenaikan minyak goreng, telur, dan BBM," Simbah Kakung mulai menganalisa kejadian demi kejadian. Analisa Simbah Kakung bisa jadi ada benarnya, tapi aku lebih memilih diam. 

Kalau aku tanggapi pasti pembicaraan akan membosankan dan bikin capek sendiri.

***

Beberapa hari kemudian.

Anom berlari ke arahku dan Simbah kakungnya. Dari roman mukanya terlihat bahagia.

"Ibu, Rio ketemu!" Seru Anom.

Rio itu nama yang diberikan Anom untuk kambing kesayangannya.

Anom menunjukkan foto Rio-nya. Foto itu masuk di sebuah media online.

"Terus kalau ketemu mau dijual apa dipelihara terus, le?" Tanya Simbah Kakung.

Anom berpikir agak lama. 

"Bukan untuk kedua-duanya, Mbah."

"Njur arep dikapakke to, le? Nanti kalau dicuri lagi gimana?" (Terus mau diapakan to, le?)

"Hehehe. Iya ya, Bu. Emmm, baiknya diapakan ya?" Anomku terlihat berpikir lagi.

"Ahaaaa. Aku punya ide, Bu..."

"Apa idenya?"

"Disembelih, dimasak terus dibagi ke tetangga-tetangga saja, Bu!"

Aku tercengang saat mendengar ide Anom. Aku bangga memiliki Anom.

Branjang, 7-8 September 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun