Hari ini tanpa rencana aku bertemu teman-teman kuliah. Tahun 2014 kuliah, tahun berikutnya lulus dan mendapatkan gelar baru untuk bidang yang baru.Â
Gelarku sendiri tetap sama dengan gelar sebelumnya. Jadi pada SK aku tak perlu mencantumkan banyak gelar, seperti teman lainnya yang bergelar S.Pd.I, S.Pd. setelah wisuda.
Pertemuanku dengan teman-teman secara tak sengaja itu karena mengantarkan siswa kelas III dalam seleksi PMBI (Pembinaan Minat Bakat Istimewa) di kapanewon atau kecamatan.
Sebenarnya aku bukan guru kelas III tetapi karena guru kelas III sibuk dengan PPG maka aku harus mengantarkan siswa kelas III. Kebetulan jam pertama kelasku adalah mata pelajaran Penjas.
Jadi aku mendampingi dua siswa kelas III yang mengikuti PMBI bidang Matematika dan IPA. Agar mereka merasa disupport oleh gurunya. Support dari guru akan membuat mereka lebih percaya diri dan tidak asing di tempat asing.
***
Saat siswa-siswa yang mengikuti PMBI masuk ruangan dan mengerjakan soal-soal, tiba-tiba seorang perempuan berkacamata dan bermasker menghampiriku. Aku mengernyitkan dahi. Mengingat-ingat siapa gerangan dia.Â
Bu Rina ternyata. Sangat pangling ketika bertemu lagi dengannya. Kini dia lebih cantik. Nah kalau aku tidak manglingi. Wajahku masih seperti yang dulu-dulu. Alias nggak bisa dandan. Hahaha.Â
Kami berbincang tentang banyak hal. Mulai dari masalah BPJS, Platform Merdeka Mengajar sampai keluhan kekurangan Vitamin B. Sampai-sampai tangannya kesemutan dan direndam air hangat setiap malam tiba.
Keluhan yang sama dariku. Cuma aku kesemutan kurasakan kalau ngegas motor terlalu lama. Intinya sama, faktor usia menyebabkan tubuh kurang fit.
***
Tak lama Bu Lilik lewat depan kami. Entah untuk yang keberapa kalinya. Mondar-mandir ke sana kemari. Ya maklumlah, Bu Lilik menjadi panitia PMBI karena sekolahnya menjadi tempat pelaksanaan seleksi.
Akhirnya kami bertiga berbincang. Kali ini yang kami bertiga perbincangkan adalah dosen sepuh saat kuliah di Universitas Terbuka. Pak Wisnu.Â
Semua berawal dari ingatan kami saat kuliah pertama kali dengan pak Wisnu di SD Karangmojo IV. Mata kuliah PKP dan PTK.
"Aku tadi ketemu pak Slamet. Dia menanyakan pak Wisnu. Masih sugeng atau tidak," cerita Bu Lilik.
"Iya. Aku juga nggak tahu kabar pak Wisnu. Padahal biasanya aku berkomunikasi lewat Facebook atau WA," timpalku.
"Lha mbok ya sekarang kamu yang menghubungi pak Wisnu to, Bu." Ucap Bu Rina.
"Ho'o. Kamu kan mahasiswa kesayangan pak Wisnu." Ucap Bu Lilik.
Aku tertawa. Aku merasa biasa saja. Bukan mahasiswa istimewa. Kucoba mengingat masa delapan tahun yang lalu.
Sebenarnya aku mahasiswa biasa saja. Hanya saja kemungkinan aku bukan mahasiswa ngeyelan kalau mengajukan proposal PTK. Jadi itu berkesan bagi beliau pak Wisnu.Â
Dan itu terbawa saat aku sudah wisuda. Komunikasi masih terjalin baik lewat WA atau FB. Namun beberapa bulan terakhir tak ada status dan komentar lagi.
Untuk menghubungi nomor beliau, aku rasanya tak enak hati. Ya meski sebenarnya rasa penasaran bagaimana keadaan beliau saat ini cukup tinggi.
Ah, semoga saja beliau dalam keadaan baik-baik saja. Harapku.
Melikan, 6 September 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H