Pukul 15.45. Meninggalkan halaman tempat kerja, tanpa sengaja kulihat dua kendaraan roda dua melintas di depan mata. Tak salah lagi. Salah satunya kakakku, bersama lelaki yang juga kukenal. Masih tetangga.Â
Dari kabar yang kudengar, mereka ada hubungan spesial. Sebenarnya tak masalah bagiku jika kakakku tak memiliki anak dan suami.Â
Nyatanya kakakku sudah bersuami. Anaknya tiga. Sulungnya sekolah di pesantren terkemuka di wilayah kami. Tingkat SMA. Anak kedua dan ketiga masih SD, kelas VI dan II.
Aku tahu kalau cinta itu buta. Kalau sudah disapa panah asmara, bisa saja mengabaikan orang yang telah membersamai.Â
Tak hanya kakakku. Bahkan banyak sahabatnya yang memiliki dan mengukir sejarah hidupnya dengan perselingkuhan. Ah...aku berharap keluargaku harmonis sampai jannah.
**
Bapak sangat murka saat mendengar salah satu putrinya main mata dan hati. Beliau yang tak bisa bicara pelan, dengan suara lantang menceramahi kakakku.
Itu dilakukan bapak di rumah Bulik beberapa bulan yang lalu. Aku mendengar suara keras bapak saat aku di teras rumahku. Kebetulan rumahku berdekatan dengan rumah Bulik.
"Sudah, kamu mundur dari Takmir Masjid saja. Aku nggak mau kalau kamu ada alasan bisa main mata sama lelaki itu!" Nasehat bapak kepada kakak.
Wajar jika bapak meminta kakak mundur dari seksi Dakwah Takmir Masjid. Lelaki yang dituduh bapak sebagai idaman kakak juga menjabat sebagai seksi Dakwah. Bapak pasti ingin anak-anaknya menjaga nama baik keluarga.