Saya sebenarnya tidak tahu kenapa anak saya antusias ke masjid. Saya harap sih dia ikhlas shalat Isya tarawih tanpa beban. Benar-benar beribadah lillahi ta'ala. Atau mungkin karena ada Buku Kegiatan Ramadan dari sekolah ya?
Untuk menjawab itu, saya mengingat kembali masa kecil. Dahulu saya dan teman-teman, bahkan kakak kelas sampai anak SMA kalau ke masjid pasti membawa Buku Kegiatan Ramadan juga. Hanya saja, dahulu buku dibuat sendiri.
Saya pribadi ingat, cara membuat buku kegiatan Ramadan hanya meniru buku yang dibuat kakak-kakak. Ada semangat tersendiri ketika membawa buku itu ke masjid saat adzan Dhuhur, Asar, Maghrib, Isya, Subuh terdengar. Juga saat berangkat takjilan atau berbuka puasa di masjid.
Buku kegiatan zaman old dibuat dengan buku tulis. Kualitas buku zaman dulu tak sebagus zaman sekarang. Lalu pada bagian atas pada lembar pertama dan terakhir tidak dipotong. Tetapi lembar lain, pada bagian atas dipotong.
Tampaklah kertas bagian atas pada lembar pertama dan terakhir. Nah, pada lembar tersebut diberi beberapa kolom (nomor, hari dan tanggal, kegiatan, imam/ustadz, uraian kegiatan dan tandatangan/paraf).
Berlomba-lomba mengisi Buku Kegiatan Ramadan menjadi kebahagiaan sendiri. Dengan bangga kami saling membandingkan isi buku kegiatan saat masuk sekolah.
Anak-anak zaman now pastinya tidak mengenal buku kegiatan seperti itu. Buku Kegiatan Ramadan zaman sekarang sudah dicetak bagus. Rinciannya pun sudah jelas.Â
Panduan puasa dan doa-doa sehari-hari ada di halaman awal Buku Kegiatan Ramadan. Kemudian ada lembar tersendiri untuk kegiatan puasa, shalat fardhu, shalat tarawih, tahsin/baca Iqra atau Alquran, Tahfidz (hafalan surat-surat pendek untuk siswa SD), pelaksanaan shalat Jumat dan shalat hari Raya Idul Fitri.
Tentu saja, saya berharap semangat dalam mengisi buku Kegiatan Ramadan bisa menjadikan anak-anak belajar beribadah secara ikhlas selama bulan Ramadan dan bulan-bulan lainnya.