Bagaimana tidak, dari seluruh kabupaten atau kota madya di Daerah Istimewa Yogyakarta, GTY asal dari Gunungkidul menduduki peringkat pertama.
Pihak yayasan menerima hasil itu dengan legowo. Pikiran positif dari yayasan, nantinya akan ada regenerasi guru-guru yayasan yang lebih baik.Â
Selain itu yayasan berharap para GTY di sekolah baru nanti tetap berMuhammadiyah. Beramar ma'ruf nahi munkar. Muhammadiyah tidak takut karena hilangnya GTY yang umumnya sudah senior dan bersertifikasi.
"Hilang satu tumbuh seribu," begitu ungkap bapak Ngatemin. Lanjutnya, "kami malah bahagia karena Muhammadiyah akan lebih bersinar karena kepakan sayap guru dari yayasan akan mewarnai sekolah-sekolah umum."
Inti pesannya lagi, "bawalah nama harum Muhammadiyah. Jadilah contoh yang baik dalam segala aspek kehidupan. Jangan lupa untuk zakat, infak dan shadaqah."
Diungkapkan pula agar para guru yang dilepas tetap mengajar dan mengabdi di sekolah masing-masing sampai SK Pengangkatan PPPK turun.
"Saat ini bapak ibu dilepas, bukan berarti besok pagi terus tidak mengajar," tekan pak Ngatemin.
Acara dilanjutkan dengan kata pamit dari perwakilan 144 GTY. Dan acara puncak pelepasan GTY oleh pimpinan Majelis Dikdasmen PDM GK, Drs. H. Tamsir, M.Pd.Â
Sebelum melepas para GTY secara resmi, beliau menceritakan bagaimana sikap Yayasan/Persyarikatan di provinsi DIY. Khusus di Gunungkidul, para guru yang lolos tetap dibutuhkan sampai SK terbit. Ketika ada usulan GTY untuk kontrak, hal tersebut ditolak oleh majelis Gunungkidul.Â
Prinsipnya PDM memberikan kesempatan bagi guru-guru di bawah naungannya untuk mengikuti seleksi CPNS ataupun PPPK karena itu hak para guru. Diceritakan pula rincian data guru yang lolos dari tingkat SD hingga SMA dari yayasan. Setelah itu secara resmi para GTY dilepas oleh Pimpinan Majelis Dikdasmen Gunungkidul.