Harus aku akui bahwa tak ada yang bisa mencuri hatiku selain kau. Ibarat bintang, dari jutaan bintang di angkasa, kaulah yang paling bersinar.
Kalau dulu yang kutahu, saat masih kecil, ada bintang kejora yang paling indah dan cemerlang. Ya, mungkin itulah makanya bisa kusebut kau sebagai kejoraku.
Entah kenapa kau selalu terbayang di pelupuk mataku. Mau makan, minum, mandi, dan segala aktivitas selalu ada kau di hati.
"Gombal," celetukmu singkat. Kulihat rona wajahmu memerah dan tersipu.
Biarlah kau menyebut gombal atas segala ucapanku.
"Lalu harus bagaimana untuk mengungkapkan kalau kaulah yang selalu mengisi ruang hatiku, Vi?" tanyaku.
"Jangan mengatakan kalau aku sepenuhnya mengisi ruang hatimu," tuturmu lembut.
Kau lebih suka memandangi lalu lalang kendaraan yang melintas di jalan depan rumahmu.
**
Menaklukkanmu bukanlah perkara mudah. Prinsipmu tak kupahami.Â
"Hahahaha, begitu saja kamu bingung, bro!" Ejek Surya saat aku curhat tentang sikapmu.
Keningku berkerut. Hatiku bertanya, "apa yang salah?"
"Hey, bro! Justru itu menunjukkan kalau Silvi bukan perempuan sembarangan."
"Maksudmu?"
Aku menunggu Surya menyalakan rokok untuk mendapatkan jawabannya.
"Silvi itu istimewa. Dia pasti menginginkan kalau ada lelaki yang mendekatinya itu bukan untuk pacaran," jelas Surya.
"Jadi, dia ingin segera menikah? Ah...ya nggak mungkin! Dia masih skripsi. Aku juga. Tahu sendiri 'kan? Bisa bubar jalan kalau nikah duluan!"
"Iya. Aku tahu, bro! Maksudku, dia ingin lelakinya mencintai bukan karena nafsu, tetapi karena Dia," jelas Surya sambil mengangkat telunjuknya ke atas.
"Jadi..."
"Cintai aku karena Allah...," senandung Surya sambil tersenyum.
Aku mulai paham dengan prinsipmu, Vi. Tapi mencintaimu karena Allah itu seperti apa buktinya?Â
Aku menggelengkan kepala.
"Kamu cari tahu sendirilah, bro! Sudah ya, aku mau pulang dulu!"
**
Dalam pencarian jawaban atas pertanyaanku, aku adukan kepada Allah. Pasti Surya akan menertawakanku kalau tahu aku rela bangun dini hari untuk tahajud.
Selama ini aku memang sering begadang, tapi bukan untuk tahajud. Sekadar nge-game, bikin konten akun YouTube atau lembur revisi skripsi.
Malam demi malam aku mendekat kepadaNya. Rasanya semakin hari semakin ringan kulaksanakan.Â
Aku baru sadar kalau hatiku memang harus ada Allah. Dengan begitu aku tak akan salah jalan dan yang terpenting, jika aku sudah berani menyatakan isi hati kepada perempuan, aku harus siap menjadi imamnya. Harus bisa membimbingnya untuk bersama-sama ke surga.
Kini kupasrahkan hidup, mati, jodoh dan segala hal kepada Allah. Jika memang kau terbaik untukku menurut Allah, pasti Dia akan membukakan hatimu, Vi. Saatnya kini aku harus mengejar target revisi dosen pembimbing biar tanggung jawabku kepada orangtua bisa terselesaikan segera.
Branjang, 12 Maret 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H