**
Aku yakin akan keputusanku untuk menemuimu, Sinta. Seyakin-yakinnya bahwa kamu adalah perempuan yang lebih baik daripada Tami.
Tak ingin aku menunda untuk mengungkapkan isi hatiku. Kamu adalah orang yang mengertiku dibandingkan semua perempuan yang kukenal. Buktinya kamu bersikeras untuk membatalkan niatku ke orang pintar. Ya...aku mau mengandalkan ilmu hitam dari orang pintar itu. Kamu menyelamatkan akidahku, Sinta.
Rasanya lama juga tak menemuimu. Beberapa menit lagi aku kan menjumpaimu. Kubayangkan dan kupersiapkan gombalanku untuk mendapatkan hatimu.Â
Sesampai di depan rumahmu, aku merasa ada yang berbeda.
"Eh, mas Icha... kamu ke sini juga?" Teta, adikmu menyapaku dengan riang di depan gerbang rumahmu. Dia mempersilakan aku masuk ke rumah. Sementara ada banyak tamu di dalam rumahmu.
Aku masih bengong.Â
"Ayolah, mas Icha!" Seru adik centilmu itu seraya menarik tangan kananku.
"Pasti mbak Sinta senang banget, mas Icha ke sini. Menyaksikan mbak Sinta dilamar mas Ihsan."
Branjang, 5 Maret 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H