Aku ingin beliau tahu kalau aku dan keluargaku sudah berkecukupan untuk keperluan menyekolahkan anak dan kebutuhan hidup.Â
***
Bulan Desember ini aku sedikit lega. Aku akan menjadi guru di sekolah negeri. Meski belum tahu juga kapan pemberkasannya.
Kuingat saat mau mengikuti seleksi ASN kemarin, di ruang ujian, aku sempat berpikir, "aku tuh di sini ngapain?".Â
Pikiran itu muncul begitu saja. Di sela-sela mengerjakan soal-soal yang kubaca di monitor komputer SMKN 1 Wonosari.
Aku sudah memiliki sertifikat pendidik, jadi untuk seleksi itu cukup aman untuk nilai teknisnya. Namun aku tak mau hanya bermodalkan sertifikat pendidik.Â
Pertanyaan-pertanyaan yang panjang membuatku berpikir, aku malu kalau perolehan nilaiku di bawah passing grade. Dengan berdebar-debar, aku menutup dan mengakhiri proses seleksi. Kuklik akhiri ujian, beberapa menit sebelum waktu habis. Alhamdulillah angka yang tertera di monitor komputer tak mengecewakan.
**
Empat guru dari sekolahku lulus seleksi ASN. Antara bahagia dan sedih kurasa. Ya...aku merasa menjadi bagian sekolah yang selama ini menjadi tempat pengabdianku. Rasanya tak karuan hatiku ini.
Guru hanya tujuh orang, lepas empat orang. Ahhhh... baru saja sekolahku melepaskan Kepala Sekolah yang baik, lalu disusul anak buahnya. Bisa dikata sekolah itu menjadi milik guru-guru.
"Saya cuma datang dari tempat asing, malah ditinggal pemilik sekolah. Ini gimana Bu?" Kepala Sekolah baru tersenyum. Tapi kuyakin beliau juga galau karena sekolah bisa oleng.