Jadi dengan mengajar anak sendiri di sekolah, secara tidak langsung si guru menunjukkan bahwa sekolahnya tidak boleh dipandang sebelah mata.Â
Selain menunjukkan kualitas sekolah, si guru bisa mengikuti perkembangan pendidikan sang buah hati. Memantau anak bukan berarti menjadikan anak guru menjadi anak emas.
Dalam menasehati perilaku anak juga bisa dilakukan saat di sekolah. Hal ini karena anak ketika di rumah layaknya anak lain. Masih kekanakan, terutama jika anak dan guru itu di tingkat dasar.
Ngeyel, sering adu argumen akhirnya uring-uringan. Tak hanya saya yang mengalaminya. Saya yakin ibu atau bapak guru lainnya sampai pusing dalam mendidik anak di rumah.
Nah, pesan untuk patuh pada orang tua bisa disampaikan di sekolah. Bukankah itu cukup membantu dalam mendidik anak, baik di rumah atau sekolah?
Dukanya Mengajar Anak Sendiri
Saya pribadi sebagai guru dan sekaligus orangtua yang anak saya bersekolah di tempat kerja saya sering mengalami dilema.
Saya khawatir jika nanti ternyata saya memperlakukan anak sendiri sebagai anak emas. Kekhawatiran berbuat tidak adil selalu ada.
Namun saat di kelas, saya tegaskan kepada siswa kalau saya kalau menasehati atau mengingatkan anak yang tidak mematuhi tata tertib, tidak pilih-pilih. Marah kepada anak atas perilaku tidak terpuji juga saya lakukan seadil mungkin.
Menganakemaskan siswa saya hindari. Saya tak mau kalau dicap sebagai guru yang pilih kasih, karena itu akan membekas di hati siswa. Setidaknya itu pengalaman adik kelas atau malah saya sendiri yang dulu dipandang sebelah mata dan merasa tidak disukai guru.