"Tuh ada Dewi, ada Ela ngebet sama mas lurah. Bapaknya juga welcome. Nggak seperti bapakku. Galak..." ucapku lemah. Aku menyapanya mas lurah kalau sudah kesal.
"Halah. Ngomong wae nek dik Nara cemburu..." (Halah. Bilang saja kalau dik Nara cemburu...")
"Cemburu apa to, mas? Nanti aku bisa sama..."
"Ridho? Langkahi dulu mayatku!" Sungutnya.
***
Penentuan dan pengundian nomor calon lurah sudah terlaksana. Diam-diam aku membantu persiapan kampanye dan mendoakannya.Â
Bapak tak masuk jadi tim pemenangan tiga calon lurah. Entah kenapa. Padahal bapak bisa saja menjadi tim pemenangan lawan mas Wawan. Tawaran itu ditolaknya.
"Nara, Kowe ngerti Tim Pemenanganne Kurniawan ki sapa wae?"("Nara, kamu tahu siapa Tim Pemenangnya Kurniawan?")Â Tanya bapak.
Aku tak berani menjawab meski aku hafal timnya. Kurniawan itu nama asli mas Wawan. Kalau kujawab akan menjadi masalah besar.Â
"Omongo Kurniawan, bapak siap mbantu..." ("Kamu bilang ke Kurniawan, bapak siap membantu.")
Aku tercengang. Tak percaya dengan ucapan bapak yang baru saja kudengar.Â