Cara itu dilakukan hingga bagian Refrain lagu dan dijelaskan bait-bait lagu yang perlu diulang.Â
Saya rasa acara seperti itu tak dinikmati lagi oleh generasi masa kini. Generasi masa kini dengan mudah mendapatkan syair lagu dengan browsing dan lebih cepat menghafalkan lagu yang sedang tren atau nge-hits karena bisa mendownload langsung dari internet.
Video Musik Indonesia (VMI)
VMI ini tayang setiap bulan sekali selepas Dunia dalam Berita. VMI ini dipandu oleh Dian Nitami dengan kode dua jari untuk kata Video (V), tiga jari untuk kata Musik (M) dan jari telunjuk untuk kata Indonesia (I).
Kesan akan VMI ini tetap membekas. Kenapa? Karena dalam VMI ini para penonton televisi akan menyaksikan video klip yang baru saja diproduksi oleh para sutradara video klip seperti Dimas Jayadiningrat, Rizal Mantovani, Mira Lesmana dan sutradara lainnya.
Behind the scene pembuatan video klip diulas secara singkat sebelum videonya diputar. Mulai dari kejadian unik, menyeramkan sampai pada proses editing video klip.
Semua video klip musik yang tayang pada setiap bulan akan dipilih satu video klip terbaik dan terfavorit. Lalu dari video klip terbaik setiap bulan akan diadu dalam Grand Final VMI.
Grand Final ini dilaksanakan dengan mengadukan konsep penyajian lagu para pemenang video klip setiap bulan pada sebuah panggung. Beberapa video klip terbaik tahunan yang saya ingat adalah Oppie (video Cuma Khayalan), Katon Bagaskara (video Negeri Di Awan) dan beberapa video lain setelahnya.
VMI ini terselenggara selama beberapa periode atau tahun dan sempat pindah stasiun televisi penayangannya. Semula tayang di TVRI kemudian pindah ke RCTI. Sayangnya saat saya mengecek di google atau YouTube, tak saya temukan dokumentasi acara fenomenal era 90an ini.
Saya pribadi yang waktu itu duduk di akhir SD hingga SMP mengenal lagu lewat radio dan bahkan mengenali wajah penyanyinya lewat ajang VMI, selain dari acara Album Minggu Ini. Barulah setelah mengenal lagu dan videonya, kalau punya uang sisa jajan saya belikan kaset. Itupun urunan dengan saudara.
Bisa saja pengalaman ini beda dengan para pembaca, apalagi pembaca yang lahir di tahun duaribuan. Tapi percayalah, pengalaman saya benar-benar mengesankan dan indah dikenang. Bahkan melebihi indahnya kenangan pada genangan musim penghujan.Â