Dari berbagai percakapan yang lumrah di dunia maya atau dunia nyata kita sering mendengar atau membaca bahwa seseorang menunggu traktiran dari sahabat atau saudara. Entah saat hari lahir, menerima tunjangan, gaji dan sebagainya.Â
Kesemuanya itu seolah terasa wajar. Namun akan terasa tidak wajar apabila seseorang itu hanya ingin mendapatkan sesuatu terus dari orang lain. Sementara dia sendiri tak mau ganti memberi.
Ingin mendapatkan sesuatu dari orang lain bisa dikatakan ingin mendapatkan kado. Nah bagaimana menurut para pembaca jika ada orang yang ingin diberi kado terus tanpa memberi kado?
Ya sebenarnya ketika seseorang memberikan kado, bingkisan, traktiran bukan berarti dia ingin mendapatkan balasan dari orang yang diberi. Bisa jadi dia memang berniat untuk berbagi atau sedekah. Nilai pahalalah yang diincar orang itu.
Namun ternyata dalam ajaran agama Islam sendiri Nabi Muhammad Saw mengajarkan kepada umatnya untuk saling memberi hadiah.Â
"Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai."(HR Al-Bukhari)
Hadits tersebut memang sangat luar biasa. Betapa nabi mengajarkan sebuah keseimbangan dalam kehidupan bermasyarakat. Nabi mengajarkan kepada manusia agar bisa saling menghargai satu sama lain.
Perlu ditekankan di sini bahwa saling memberi hadiah bukan sama artinya dengan tukar kado. Mungkin istilah tukar kado akan bernilai bagi anak kecil yang sedang belajar saling menghargai dan saling memberi.
Ketika usia menginjak dewasa, saling memberi hadiah bisa saja diartikan memberi barang yang nanti bisa dibalas dengan kado dalam bentuk lain. Misalnya doa.
Kita tentu memilih orang yang tepat untuk memberikan hadiah. Kepada anak, saudara, tetangga bahkan kepada kaum dhuafa. Bisa dibayangkan ketika kita memberi hadiah kepada orang papa tak mungkin dia diberi beban berat untuk memberikan kado barang juga kan?Â
Mereka dalam keadaan kekurangan, jadi kado yang diberikan kepada pemberi kado ya doa kebaikan. Itu justru sangat luar biasa dampaknya bagi si pemberi kado atau bingkisan itu.
Si kaum papa merasa diperhatikan dan tertolong dengan kado dari pemberi kado. Dan dia merasa bahwa pemberi kado adalah pahlawan dan pantas diberikan doa.
Doa orang yang kesusahan itu sangat makbul. Karenanya tak ada ruginya memberi kado untuk kaum tak berpunya.
Yang jelas ketika memberikan kado memang akan sangat baik jika barang itu adalah barang kesukaan si pemberi. Jadi kado yang terbaiklah yang diberikan kepada orang lain.
Niat memberi kado juga jangan hanya karena ingin mendapat pujian. Kita kembalikan pada hadits nabi tadi bahwa manusia akan saling menyayangi.
Disayangi orang lain itu merupakan rezeki tak ternilai dengan uang. Dengan kasih sayang sesama manusia maka hidup akan lebih tenang. Dia tidak akan merasa sendiri. Doa selalu mengalir satu sama lain.Â
Jadi kita jangan ragu untuk saling memberi kado ya! Bisa untuk anak, saudara, tetangga dan siapapun yang membutuhkan. Kado bisa diberikan kapanpun, tanpa melihat waktu. Tentu disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H