Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tak Asal Bermain

28 November 2020   19:07 Diperbarui: 28 November 2020   19:16 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: cikimm.com

Tawa riang anak bermain di sebuah taman kota. Mereka bermain ayunan, lari-larian, jungkat-jungkit, perosotan, dan sebagainya. Mereka diantar oleh ibu, ayah atau saudara yang lebih tua.

Di pojok taman terdapat mainan perosotan. Tiga anak terlihat bergantian untuk bermain. Ada Raffa, Izan dan Ais.

Mereka bertiga sangat senang karena tubuh mereka bisa turun dengan perosotan itu. Pantat mereka tidak sakit. 

"Kata ibu, dulu pas ibu masih kecil, perosotannya nggak seperti ini lho...", cerita Raffa.

"Ah...perosotan ya kayak gini. Mau kayak apa coba?" Ais tak percaya dengan cerita Raffa.

"Dulu dibuat dari semen. Nggak ada warnanya. Terus kalau keseringan main perosotan, celana di bagian pantat bisa bolong. Hahahah..."

Ketiga anak itu tertawa bersama. Membayangkan kalau pulang dari main perosotan terus celananya rusak. Pasti malu.

Tak lama, mereka melanjutkan lagi main perosotannya. Kali ini posisi tubuh mereka tak lagi duduk ketika main perosotan. Mereka merosot dalam posisi tengkurap. Ide itu berasal dari Ais.

"Tapi nanti bisa terbentur kepala kita," ucap Izan mengingatkan betapa bahayanya main perosotan dengan posisi tengkurap. Raffa juga setuju dengan ucapan Izan.

"Izan benar, Ais. Nanti kalau kepalanya terbentur, trus sakit dan bisa berdarah..."

"Ah...bilang saja takut! Dasar penakut! Huuuu...!!" sahut Ais.

Ais naik anak tangga di bagian belakang perosotan.

"Aku kasih contoh ya! Pasti aman deh! Lihat saja!" Ucap Ais.

***

"Huhuhuuuu...." Tiba-tiba Ais menangis. Rupanya kepalanya benar-benar terbentur lantai. Izan dan Raffa membantu Ais untuk bangun.

Pada bagian kening Ais bengkak. 

"Izan, kamu panggil ibunya Ais ya. Aku biar menemani dan menenangkan Ais," ucap Raffa.

Izan berlari ke arah ibu Ais yang sedang duduk di taman bunga bersama ibunya dan ibu Raffa.

***

"Tadi aku sudah ngingetin, Bu. Tapi Ais ngeyel," ucap Izan pada ibu Ais.

"Iya, Bu. Aku juga nggak mau perosotan sambil tengkurap..." Raffa menyahut ucapan Izan.

Ibu Ais menghela napas panjang sambil mengompres kening Ais dengan air es yang dibelinya dari pedagang es keliling yang berjualan di taman kota.

"Ais, lain kali nggak tengkurap lagi ya kalau main perosotan."

Ais mengangguk pelan sambil merangkul ibunya dengan erat. Dia merasa nyaman di pelukan ibu.

***

#cernakjora #parabel jora #seri Raffa dkk #kpb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun