"Mbak, kita bikin kejutan yuk. Nyusun buku sendiri," usulmu saat aku tengah puyeng mengedit penyusunan buku puisi yang digawangi mbak Anis.
"Wah... ide bagus. Mau seperti apa bukunya kira-kira?"
"Tenang, aku minta pertimbangan om Zal konsepnya," balasmu.
"Mas Zal? Udah konsultasi?"
**
"Mbaaak, ini konsepnya." Screenshot chatmu dengan mas Zal kuterima dan kubaca. Kumengernyitkan dahi.
"Aduh... ada puisinya?"
"Iya, mbak. Di situ ada tiga bagian. Perbagian ada artikel, puisi sama dongeng..."
"Tapi aku nggak punya tulisan yang bagus. Di puisi aku mentok." Chat-ku membalas chat-mu.
"Bisa, mbak. Bisaaa..."
Tak kubalas chatmu itu. Aku masih meraba-raba tulisan yang mau masuk draft.
"Oh iya. Kita mulai cek artikel di Kompasiana saja." Lanjut chat-mu.
"Oke."
Sambil mengecek tulisan di Kompasiana yang mau dimasukkan ke per-bagian buku, kita membahas kurator, biar buku kita bisa keren. Kita sepakat, mas Zal diminta mengurasi puisi.Â
Lalu ada mas Rifan, cerpenis yang keren karyanya. Mas Rifan kita minta mengurasi cerita anak atau dongeng. Nah untuk artikel ada nama mbak Anis dan pak Ping sebagai kuratornya.
Kita memang bermodal nekat. Para senior kita mintai tolong. Kenekatan kita masih bertambah, mau minta tolong dosen senior UGM untuk menuliskan Kata Pengantarnya. Hasilnya bagaimana, tak kita pikirkan.Â
***
"Mbak, dulu pas masih di platform X, aku kenal sama mbak Lina. Dari kampung halaman kita juga. Mbak kenal nggak?"
"Oh.. iya, mbak. Kenal. Gimana?"
"Ajak mbak Lina nyusun buku kita ya!"
Alhasil kubuat WAG kita. Demi kelancaran penyusunan buku. Kebetulan aku dan Mbak Lina beberapa kali berkomunikasi. Alhamdulillah komunikasi dengan mbak Lina tak terputus meski platform X sudah menghilang.
"Aku manut saja, Bu..." chat mbak Lina saat gabung di WAG dan mau menyusun buku bersama.
Kalau mas Zal kumasukkan WAG paling akhir. Tujuannya mempermudah komunikasi. Biar satu pintu informasi apapun yang berhubungan dengan proyek nekat kita.
"Demi kelancaran komunikasi, mas Zal kumasukkan grup yang isinya emak-emak ya. Maaf itu tanpa persetujuan. Kelamaan nggak ada balasan." Aku minta izin ke mas Zal dengan sedikit memaksa.
"Siap. Di grup nanti ada berapa anggotanya?"
**
Kamu tertawa membaca draft cerpen tentang kita, mas Zaldy dan mbak Lina yang kukirimkan lewat WA. Kayak nggak ada kerjaan ya, mbak.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H