Hidup di sebuah kabupaten yang terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta tentu beragam sekali fenomena pendidikan yang terjadi. Mulai dari sulitnya jaringan internet, kemampuan orangtua dalam mendampingi buah hati saat anak harus banyak belajar di rumah.
Hampir semua sekolah mengalami kesulitan dalam merekap tugas para siswa. Sekalipun saat ini pembelajaran tatap muka sudah mulai dilaksanakan. Tentu saja sesuai dengan prosedur protokol kesehatan di masa pandemi.
Siswa belajar di sekolah hanya sehari dalam seminggu. Selebihnya para siswa diberi materi atau tugas yang pengumpulannya secara online.
Guru sebagai pendidik tentu lumayan repot. Pengumpulan tugas tak berbarengan meski sudah diwanti-wanti untuk segera dilaporkan. Ketika berkumpul dengan teman kantor, bisa saling share pengalaman. Ada guru yang marah, ada pula yang tetap bijak atau berpikir positif.
Fenomena itu diabadikan dalam sebuah film pendek karya guru SMP 1 Ngawen, pak Berlian. SMP 1 Ngawen merupakan sekolah tingkat pertama terbesar di Gunungkidul. Ada kelas olahraga di sana.Â
Sekolah ini terdiri dari 21 kelas mulai kelas VII hingga IX. Saya sendiri pernah menjadi salah satu pendidik di sana, antara 2006-2011.
Potret Siswa yang BDR dalam Film Pendek "Tugas"
Film pendek "Tugas" ini telah memenangkan juara Harapan 2 Video Edukasi Tingkat Kabupaten Gunungkidul. Dengan pemain beberapa guru dan siswa serta orangtua siswa.
Film mengisahkan seorang anak SMP, Wawan, yang menjadi buah bibir guru di sekolah karena pengumpulan tugas yang sering terlambat. HPnya belum tentu terisi kuota internet. Waktu itu belum ada pengiriman kuota internet dari Kemendikbud.
Menyikapi Wawan itu, ada guru yang bijak dan tidak. Guru yang tidak bijak berpandangan bahwa Wawan ini adalah seorang siswa yang malas.Â
Beruntunglah ada guru yang berpikir positif. Karena guru tidak tahu senyatanya siswa ketika di rumah itu seperti apa.Â
Di sisi lain, Wawan adalah anak seorang petani yang prihatin. Wawan sendiri sering membantu orangtuanya. Mencari pakan ternak dengan ngarit, kemudian malam harinya menjaga ternak ayam sambil mengerjakan tugas dari guru. Akibatnya Wawan mengantuk saat pelajaran tatap muka.
Film ini membuka mata dan hati kita akan kesulitan yang dialami siswa dan orangtuanya semasa pandemi. Film yang memotret di bumi Handayani, masih berada di pulau Jawa. Belum lagi di luar Jawa, pasti banyak Wawan lain yang perlu disikapi dengan bijak oleh berbagai pihak, baik sekolah, dinas sampai tingkat pusat. Agar dunia pendidikan semakin maju ke depannya.Â
Tentu kita berharap masa pandemi segera berlalu dan pembelajaran tatap muka seperti sedia kala bisa dijalani secara penuh. Semoga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI