Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebelas November Njenengan yang Pertama Tanpa Ibu

5 November 2020   07:03 Diperbarui: 5 November 2020   07:49 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jelang penghujung Januari tahun ini, ibu berpulang. Tanpa ada yang mengetahui, bahwa ibu tengah sakaratul maut hari itu. 

Aku yang setiap hari mengunjungi rumah njenengan dan ibu, seolah begitu disibukkan dan hanya mengandalkan ilmu kira-kira.

***

30 Januari waktu itu. Hari Kamis. Tak seperti biasanya. Saat jam istirahat pembelajaran, aku ke rumah njenengan ya, pak. Rumah yang selama tiga puluhan tahun juga kutinggali. Ya karena aku adalah salah satu buah hati njenengan dan ibu.

Ketika aku ke rumah masa kecilku itu, biasanya ibu tengah shalat Dhuha. Kalau tidak, ibu mengaji atau menonton televisi.

Untuk hari Kamis itu, tak kulihat ibu di kursi tempat biasanya duduk untuk shalat, mengaji atau menonton televisi. Televisi yang biasa disetel dengan suara cukup keras ---karena memang pendengaran ibu sedikit berkurang--- pun tak terdengar. 

Aku hanya membatin, "Oh... ibu pasti tidur karena semalam tak tidur..."

Aku dan saudara-saudara hafal dengan kebiasaan ibu itu. Setiap siang tidurnya lama. Akibatnya saat malam tiba, ibu tak bisa tidur. Saat itulah ibu berwudhu dan melaksanakan shalat tahajud. Tak lelah beribadah. Hawa dingin menusuk tulang pun tak ibu pedulikan. 

Meski udara dingin bukan kepalang, wudhu tetap dilakukan. Padahal orang yang lebih sehat seperti anak-anaknya saja malah sering mengeluh kedinginan.

Karena hafal kalau ibu sering tak bisa tidur, aku mengira bahwa ibu tidur nyenyak Kamis itu. Jadi aku tak mau mengganggu. Tanpa mengecek kondisi ibu di kamarnya.

Sore hari saat aku dan si kecil ke rumah yang selalu kurindukan itu, lagi-lagi tak ada suara televisi dari ruang depan kamar ibu. Namun tak ada pikiran macam-macam waktu itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun