Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kau Panggil "Dik" Pertama Kalinya

11 Oktober 2020   17:28 Diperbarui: 11 Oktober 2020   17:34 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih di bulan Mei. Satu Minggu setelah kamu menyatakan perasaanmu, kita janjian bertemu di depan Masjid Al Ikhlas. Akulah yang memilih tempat pertemuan kita. Kamu hanya manut. 

Letak masjid ini cukup jauh dari rumahku dan rumahmu. Entah kenapa aku memilih tempat itu. Yang jelas, aku ingin semua berawal dari tempat yang baik karena proses dan hasilnya juga akan baik. Menurutku begitu.

Di perjalanan menuju masjid agung di kabupaten kita itu, aku masih agak bingung meski sudah curhat pada Bu Yuni dan saudara-saudara.

"Bu, njenengan mencintai mas Ariyanto? Coba jujur saja. Bagaimana hati njenengan...", begitu nasehat Bu Yuni. Senior kita di sekolah yang baik hati.

Saudara-saudara juga sering meledek saat aku curhat, harus memberi jawaban seperti apa kalau waktu yang kujanjikan untuk menjawab pernyataan cintamu.

"Kalau cewek minta waktu untuk menjawab pernyataan cinta, biasanya diterima, mbak. Hahaha...", itu pendapat Lalo, adik sepupuku. Aku mesam-mesem mendengar ucapan dan gelak tawanya.

**

Menuju masjid Agung Al Ikhlas terasa beda. Meski aku sering dolan atau muter-muter ke Wonosari.

Akhirnya sampai juga aku di halaman masjid ikon dan kebanggaan Gunungkidul itu. Pandanganku mengitari seputar halaman masjid yang lumayan luas.

Tepat di bawah pohon, kamu sudah menungguku. Kamu bilang sudah lama sampai di sana, saat aku tanya sudah lamakah menungguku.

"Soalnya aku penasaran..."

***

Selepas dari halaman masjid Al Ikhlas, kita mampir di warung soto, daerah Kelor. Warung soto itu memang menjadi tempat jajan favorit di daerahku. 

"Kamu mau makan apa, dik?"

Aku tertawa lepas.

"Lah mosok aku harus manggil "bu" sama kekasih sendiri..."

Mulai saat itu, telingaku memang harus terbiasa dengan sapaan baru darimu karena sebelumnya kamu menyapaku "bu". 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun