Memang akan sulit jika berbicara dengan keluarga terutama yang berusia senja. Mungkin langkah satu-satunya, komunikasi dengan orangtua. Bagaimana pun orangtualah yang paling punya hak atas anak.
Jika orangtua merestui, maka orangtua bisa membicarakan perihal pernikahan lusan itu kepada keluarga besar. Sampaikan beberapa hal yang masuk akal jika restu diberikan kepada anak.
Mengenai kesialan baik hubungan tidak harmonis, perekonomian yang prihatin hingga kematian anggota keluarga tidak ditentukan dari anak keberapa.
Hubungan harmonis itu memang harus diperjuangkan oleh pasangan suami istri. Jika berpegang pada komitmen maka masalah sebesar apapun akan bisa dilalui dan tetap langgeng.
Di sekitar kita dan di berbagai pemberitaan betapa banyak contoh kegagalan pernikahan meski mereka bukan anak pertama dan ketiga. Keharmonisan bisa diraih jika diusahakan terus dan tentu harus ada kesiapan lahir batin sepanjang hidup.
Ketika dalam perjalanan ternyata ada prahara, maka keluarga ---orangtua--- harus merukunkan kembali. Tentu dengan banyak pertimbangan seperti anak dan sebagainya.
Kemudian jika pernikahan pantang karena khawatir rezeki akan seret maka bisa tunjukkan bahwa di sekitar kita ada banyak contoh kesuksesan ekonomi setelah menikah. Sukses itu diraih karena ketekunan dan saling mendukung satu sama lain. Isteri mendukung suami, suami juga mendukung isteri.
Saya dan suami dulu sama-sama non PNS. Banyak yang meragukan langgeng tidaknya keluarga baru kami nantinya. Dua tahun kemudian Allah menjawab keraguan teman-teman. Suami menjadi PNS. Lalu saya mengikuti sertifikasi setelah lima tahun menikah.
Yang terpenting dalam mengelola uang, harus hemat dan benar-benar bisa mensyukuri saja. Jika tak bersyukur atas rezeki maka akan terasa kurang terus.
Kemudian jika pernikahan pantang dikaitkan dengan kematian keluarga, maka perlu ingat bahwa segala sesuatu adalah kehendak Allah. Jika sudah waktu berpulang, tanpa ada pernikahan lusan pun pasti meninggal juga.
Itu pandangan secara nalar. Namun untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan perlu komunikasi dan kesabaran tinggi. Mendobrak sesuatu yang sudah dipegang secara tradisi tidaklah semudah yang dibayangkan.Â