Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pelajaran buat Gita

1 Agustus 2020   01:06 Diperbarui: 1 Agustus 2020   01:43 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: parenting.orami.co.id

"Ibu, perutku sakit sekali..."

Gita mengeluh sakit perut kepada ibu. Ya... hari ini Gita sudah bolak-balik ke toilet. Perutnya dipegangnya sambil sedikit membungkukkan tubuhnya. Pasti kalian tahu kan apa yang dialami Gita?

Iya. Perut Gita mulas. Diare. Badan Gita menjadi lemas.

"Kamu minum oralit yang sudah ibu buatkan tadi ya, nak..."

"Aku nggak mau, Bu! Rasanya aneh!"

Ibu menghela nafas dan menggelengkan kepala. Gita kalau dinasehati sering tidak menurut. Ngeyel.

"Tetapi oralit itu obat yang paling aman untuk mengobati diare lho, nak..."

"Ah... nggak enak! Apa nggak ada obat lain, Bu?" Tanya Gita penuh harap.

"Ada. Tapi ibu nggak yakin kalau kamu mau obat itu..."

"Emangnya apa obatnya, Bu? Gita penasaran.

"Perasan kunyit ditambah garam sedikit. Kalau nggak ya pucuk daun jambu biji. Dikasih garam sedikit terus dikunyah dan dihisap airnya..."

Lagi-lagi Gita tak mau obat yang ditawarkan ibunya.

**

Gita merasakan tangannya sakit. Ya pada lengan kiri dipasangi jarum infus. 

Ibu dan ayah Gita terpaksa membawa Gita ke rumah sakit karena tubuh Gita semakin lemah. Wajahnya pucat. Perutnya mulas terus. Padahal Gita tidak mau makan dan minum karena takut kalau dia akan semakin sering ke toilet.

"Sakit tanganku, pak dokter." Gita menceritakan rasa sakit pada tangannya itu. Pak dokter yang merawat Gita tersenyum.

"Nggak apa-apa, anak cantik. Cuma sebentar kok infusnya. Yang penting kamu banyak minum dan makan yang bergizi. Biar badan nggak lemes. Oke ya!"

Gita mengangguk pelan. 

"Oh iya. Kalau kamu makan, jangan terlalu banyak ya. Makan daging berlebihan itu bisa bikin saluran pencernaan terganggu. Secukupnya saja."

"Iya, pak dokter."

Memang saat hari raya kurban, Gita makan daging terlalu banyak. Ibu sudah memperingatkan agar Gita makan daging secukupnya, tetapi tak dihiraukan.

Sate, rendang, kicikan Gita makan. Semua masakan itu tak dimasak ibunya. Ibu hanya memasak gulai sedikit. Sate, rendang dan kicikan itu kiriman dari Bulik Intan, budhe Ina dan Mbah Par.

"Ah...ibu pelit! Masa makan saja nggak boleh. Kan kalau makan banyak, tubuh jadi kuat dan sehat." Ucap Gita sewaktu dinasehati ibu agar makan daging secukupnya.

**

Setelah tiga hari di rumah sakit, Gita diperbolehkan pulang. Gita sangat bahagia karena dia sudah berada di rumah. 

"Nak, makan dulu ya! Ingat dokter bilang, makannya harus teratur dan seimbang sayur, lauk pauk dan buah..."

"Iya, bu. Siap! Terus nggak boleh kebanyakan makannya kan?" Sahut Gita.

Ibu mengangguk dan tersenyum. Gita sudah menyadari kesalahannya beberapa hari yang lalu. Gita belajar makan makanan yang gizinya seimbang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun