Belajar dengan sistem daring pada semester dua tahun 2019/ 2020 kemarin---Belajar dari Rumah (BDR)--- benar-benar membuat para siswa jenuh di rumah. Aktivitas mereka sangat monoton, di mana gerak anak dibatasi oleh protokol kesehatan selama masa pandemi covid 19.
Mulai pembelajaran hingga penilaian dan pelaporan hasil belajar, dilakukan secara daring. Apabila ternyata pelaporan menuntut kedatangan orangtua atau siswa, semua terasa sangat terbatas.
Orang dewasa saja merasa jenuh. Apalagi anak yang selalu aktif dalam kesehariannya. Untuk membunuh waktu, anak-anak bingung mau melakukan apa. Orangtua pun tak kalah bingung.
Para orangtua merasa kelimpungan menghadapi anak, dari BDR sampai membenahi dan mendidik karakter anak. Orangtua merasa tak berdaya ketika sang anak selalu pegang HP. Hingga shalat pun tertunda dan tak peduli saat dimintai tolong atau sekadar disapa.
Orangtua lebih memilih kenyamanan, yang penting anak diam, tidak ribut dan tidak menyebabkan rumah seperti tempat adu pendapat.Â
Orangtua kehilangan rasa dan daya kreativitas saat anak belajar di rumah. Padahal sebenarnya anak bisa diajak melakukan kegiatan positif seperti berolahraga, membuat kerajinan, dan sebagainya.
Mengisi Waktu saat Libur Akhir Tahun Ajaran
Seperti halnya orangtua lainnya, saya sendiri juga hampir kehilangan akal. Anak sering pinjam HP meski tak selalu saya aminkan dan tak saya kabulkan. Hingga akhirnya anak uring-uringan.
Bermain plastisin, main engklek, ular tangga, berlatih sepatu roda, menggambar, nonton tivi selama BDR dan liburan nyatanya tetap membuat anak bosan di rumah.Â
"Bu, kapan aku belajar di sekolah?"
"Tunggu biar virus Corona hilang dulu, ndhuk...". Itu jurus dalam saya menjawab pertanyaan tentang kapan mereka belajar di sekolah.
Anak biasanya protes dengan bahasanya.
"Ya kita banyak berdoa ya, ndhuk. Biar virus Corona lekas hilang."
Pada saat akhir-akhir libur, anak ikut serta dalam kegiatan edukasi di kampung. Sebuah kegiatan yang dilatarbelakangi kesulitan dan keluhan orangtua dalam mendidik anak-anaknya. Namun kegiatan ini rasanya juga akan terhenti saat BDR mulai aktif lagi.
Kegiatan edukasi tersebut dilaksanakan bakda Asar. Anak-anak belajar iqra, Al-Qur'an, hafalan, unggah-ungguh bersama para guru atau ustadz-ustadzahnya.Â
Sementara saat pagi atau siang saya mengajak anak-anak untuk nyicil belajar materi di kelas barunya. Anak-anak saya beri pengertian dulu agar mereka mau belajar meski hanya sebentar.
Ya... saya mengajak anak-anak belajar materi tersebut sebelum tiba tahun ajaran baru. Curi start. Saya kira itu tidak buruk juga bagi anak. Anak akan mendapatkan pengetahuan dari sebuah materi sebelum temannya mendapatkan hal yang serupa.
Mereka senang-senang saja saat menerima buku tadi. Ya meski saat belajar mereka kadang merasa lelah dan malas.Â
Nah... dalam kondisi seperti ini, saya hanya memberikan sedikit materi. Dan untuk menyuntikkan semangat, saya selalu mengatakan kepada anak-anak bahwa nanti mereka tak harus mengerjakan ulang tugas dari guru kalau BDR sudah tiba.
Jadi jika mereka sudah mengerjakan di buku tugas secara rapi, mereka tinggal melanjutkan materi-materi lainnya. Saya sebagai orangtua juga merasa sedikit ringan dengan ketugasan anak. Saya tinggal melaporkan tugas mereka kepada guru kelas mereka masing-masing.
Jikapun tugas tidak diambilkan dari buku paket siswa, setidaknya anak-anak saya sudah memiliki sedikit ilmunya. Saya tinggal mengingatkan materi jika mereka ternyata lupa.Â
Hal yang Tertunda Sampai BDR Tahun Ajaran Baru
Buku dan curi start belajar materi pelajaran sudah dilaksanakan. Meski yang dipelajari anak baru beberapa materi pembelajaran. Di sisi lain, ada sebuah aktivitas yang belum saya lakukan sampai saat ini.
Jika tahun ajaran sebelumnya, jauh hari sebelum aktif belajar di sekolah, saya selalu menyiapkan alat-alat sekolah seperti tas, sepatu atau pakaian seragam.Â
Pada tahun ajaran ini saya belum punya gereget untuk membelikan seragam baru sebagai ganti seragam anak yang telah lusuh. Pun sepatu.Â
Meski anak sudah minta dibelikan sepatu baru, tetap saya tunda.
"Bu, sepatuku kekecilan. Aku dibelikan yang baru ya," begitu anak biasa mengingatkan saya agar segera membelikan sepatu baru.
Saya merasa belum waktunya membelikan sepatu baru karena anak masih dalam masa pertumbuhan. Pertumbuhan mereka lebih pesat saat ini. Khawatirnya jika dibelikan saat ini, beberapa bulan sudah kekecilan juga.Â
Apalagi anak-anak sering merasa bosan. Selain itu mereka sering "termakan iklan". Baru saja dibelikan sepatu baru, begitu ada iklan sepatu yang menarik, eh sudah minta sepatu baru lagi. Jadi ya lebih baik ditunda dulu. Sambil menunggu situasi aman untuk belajar di sekolah.
Hal yang terpenting saat ini adalah membekali ilmu terlebih dahulu. Dalam membekali ilmu, harus dengan prinsip sedikit demi sedikit, lama-lama jadi bukit. Biar anak tidak sepaneng atau suntuk dalam mengisi waktu selama libur atau BDR.
Ajak juga anak untuk selalu menjaga kesehatan dan beribadah serta berdoa agar wabah Corona segera berlalu. Ajak mereka melakukan itu agar mereka bisa segera bertemu guru dan teman-temannya di sekolah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H