Sudah tiga bulan aku belajar di rumah. Rasanya bosan. Di rumah, kegiatanku ya hanya belajar, bantu ibu, makan, minum, bermain di sekitar rumah.Â
Aku sangat rindu sekolah. Aku ingin bertemu dan belajar bersama Bu guru dan teman-teman. Meski kadang aku sebal dan menangis karena diganggu teman, tapi aku tetap kangen mereka.
Dengan Bu guru pun aku rindu. Aku kangen saat diajari materi pelajaran yang sangat sulit, menghafal huruf abjad. Ya... aku termasuk siswa yang tidak pintar.
Oleh Bu guru aku diberi pelajaran berbeda. Maklum aku belum bisa membaca. Huruf abjad saja tidak begitu hafal.Â
Bu guru dengan telaten mengajakku menghafal huruf abjad a sampai z. Itupun tidak sekaligus. Setiap lima huruf aku hafal dengan benar, baru ditambah lagi dengan huruf berikutnya.
Meski pelajaranku seperti itu, aku kadang bosan. Aku malas menulis ulang huruf-huruf yang kuhafal. Akibatnya aku lupa dan harus mengulang hafalanku.
Aku tahu Bu guru sangat kesal. Bu guru capek. Mengajariku dan teman-teman sekelas yang pelajarannya berbeda.Â
Terkadang saat Bu guru baru mengajariku, teman-teman menghampiri Bu guru. Mereka bertanya tentang soal yang sulit mereka kerjakan.
Kalau sudah begitu, Bu guru menjawab pertanyaan mereka terlebih dahulu. Saat seperti itu aku punya kesempatan mengistirahatkan tanganku yang pegal.
"Rizal, ayo ditulis lagi hurufnya. Kok malah mandek," Bu guru memandangiku.Â
Wajah Bu guru terlihat lelah. Aku tersenyum. Bu guru ikut tersenyum.
"Rizal, kamu capek?"
Aku tersenyum lagi.
"Ya udah, kamu istirahat dulu. Bu guru mengajar teman-teman lainnya dulu ya..."
Aku mengangguk. Aku senang. Aku bisa beristirahat. Kuletakkan kepala di atas mejaku dan tertidur di kelas.
**
Sekarang aku masih di rumah. Tetapi ibuku bilang, Bu guru memberiku tugas. Tugasnya bukan menghafal huruf.
Aku hanya diberi tugas untuk bercerita tentang kegiatanku selama belajar bersama ibu di rumah. Kalau teman-teman harus menulis. Sedang aku boleh bercerita lisan.Â
Aku sebenarnya bingung mau cerita apa.Â
"Bu guru bilang, ceritanya sebisanya, le," ibu membesarkan hatiku.
Meski begitu, aku masih bingung juga. Karenanya, ibu bertanya pada Bu guru.Â
**
Ibu sudah siap untuk merekam saat aku bercerita. Aku deg-degan.Â
Aku bicara pelan-pelan.
"Bu guru dan teman-teman, aku di rumah bosan."
Aku bingung untuk melanjutkan ceritaku. Aku mencoba mengingat-ingat apa yang kulakukan di rumah.
"Aku hanya belajar, nonton tivi, makan, minum," ceritaku.
Ibu masih memegang HPnya.
"Aku kangen Bu guru dan teman-teman. Kapan kita ketemu lagi?"
**
Sekarang aku kembali menghafalkan huruf. Kali ini harus divideo lagi oleh ibu. Kata ibu, itu untuk ulangan. Entahlah. Aku tak begitu paham.
Aku mencoba menuliskan urutan abjad. Tapi aku sedih. Kemarin aku hafal 20 huruf. Sekarang berhenti di huruf o.Â
Aku menangis.
"Bu guru, aku lupa..."
Andai Bu guru di dekatku, aku bisa tahu, Bu guru marah atau tidak. Tapi aku ingat, kalau aku lupa, Bu guru menatapku dan bertanya, "kamu lupa lagi?"
Aku mengangguk dan tersenyum. Lalu Bu guru juga tersenyum. Jadi kuanggap Bu guru tidak marah padaku.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI