Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pengendalian Konsumsi HP bagi Anak

23 Juni 2020   13:56 Diperbarui: 23 Juni 2020   13:59 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiga bulan sudah para siswa belajar di rumah karena pandemi covid 19. Beragam cara pembelajaran dipilih oleh masing-masing guru, sesuai kemampuan guru, sekolah, siswa dan orangtua.

Ketiganya memang harus bahu-membahu untuk menyukseskan pembelajaran. Meski banyak yang menyatakan bahwa itu belum efektif. Fakta di lapangan pun membuktikan hal yang sama.

Sampai pada evaluasi pun kurang efektif. Kasus di kelas saya sendiri juga seperti itu. Esok hari, 24 Juni, akan membagikan atau mengumumkan kenaikan kelas. Namun ada siswa yang baru mengumpulkan hasil pekerjaan PAT.

Berawal dari rusaknya HP sang ibu. Jadi komunikasi sempat terputus. Saya baru saja mau bertandang ke rumahnya, akhirnya siswa dan ibunya ke rumah.

Tak perlu memusingkan proses seperti itu. Toh keadaan memang belum berpihak pada siswa dan orangtuanya. Saya sebagai pelayan siswa dan orangtuanya juga harus berbesar hati untuk menyelesaikan dan mengolah nilai rapor dalam waktu sehari.

Itu masalah BDR yang berkaitan dengan siswa dan pembelajaran. Lalu di rumah, tanggung jawab untuk membentuk karakter siswa jelas ada di tangan orang tua. Sebenarnya ini tidaklah terlalu mengagetkan, mengingat orang tua adalah madrasah atau sekolah---guru--- pertama bagi anak.

Kenyataannya, banyak orangtua yang merasa kewalahan menghadapi anak-anak. Mereka mengeluh karena anak-anak lebih senang memegang HP setelah selesai mengerjakan tugas.

Diajak untuk shalat, dimintai tolong untuk membantu orangtua, dipanggil atau disapa tetapi tidak segera melaksanakan atau menjawab sapaan itu. Anak hanya fokus pada layar HP.

Jika ada kasus seperti ini, sebenarnya, pembentukan karakter termasuk mendisiplinkan konsumsi HP bagi anak tergantung pada orangtuanya. Mau tegas pada anak ataukah tidak.

Ketika orangtua tegas dalam membatasi anak dalam konsumsi HP maka karakter anak ---dalam hal kedisiplinan--- akan terbentuk secara sendirinya.

Memang mendisiplinkan anak bisa dihadapkan pada emosi anak yang meluap. Anak bisa "ngamuk" ketika HP diminta lagi orangtuanya. Orangtua tidak siap dengan kondisi rewelnya anak. Hingga akhirnya mengalah. Yang penting anak tidak rewel dan tidak memusingkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun