Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bercerita Pengalaman Selama BDR dalam Bahasa Jawa, Tak Perlu dengan Pakem yang Benar Dulu

11 Juni 2020   15:28 Diperbarui: 10 Juni 2021   11:17 12329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyerahan rapor semester 1 2019/2020. Dokpri

Penilaian Akhir Tahun berjalan selama 5 hari. Dengan cara online, meski tak selancar yang diharapkan, namun tetap harus disyukuri. 

Membaca satu persatu hasil pekerjaan para siswa yang dikirimkan melalui WA. Soal mata pelajaran yang saya ampu, saya posting di blog Sekadar Berbagi. Link saya share di grup. Para siswa dengan dibantu orangtua bisa membuka soal dan mengerjakan pada buku.

Setelah selesai, hasil pekerjaan dilaporkan dalam bentuk foto. Ya...meski kadang kurang terbaca karena tak semua siswa rapi tulisannya. Tak apa.

Saya sangat mengapresiasi apa yang dilakukan para siswa dan orangtuanya. Karena memang kerjasama sangat dibutuhkan untuk kelancaran PAT dan proses penilaian sampai penulisan rapor.

Ada siswa yang harus "nebeng" hp tetangga karena orangtua ---yang bekerja sebagai buruh bangunan atau petani--- tak memiliki hp. Ada juga yang mengumpulkan buku dalam waktu yang tak terbatas. Satu tema selesai, baru dikumpulkan.

Baca juga: Fenomena Bahasa Daerah sebagai Bahasa Ibu Masyarakat Indonesia di Era Kekinian

Ya namanya juga pelayan siswa, saya terima dengan tangan terbuka. Toh kondisi juga tak memungkinkan untuk mengumpulkan setiap hari ke rumah.

Sungguh, pengalaman mereka di tahun 2020. Di mana mereka dipaksa oleh keadaan untuk belajar di rumah. Ya karena pandemi covid 19. Pengalaman yang akan mereka kenang sampai kapanpun. 

Saat PAT ini, saya meminta siswa menuliskan pengalaman mereka selama belajar di rumah. Cerita pengalaman itu sangat mengharukan. Ada cerita seru, doa dan rasa kangen mereka kepada teman, guru dan sekolah.

Bahkan di antara siswa yang merupakan anak pindahan dari lain kecamatan dan mondok di PP Al Hikmah Branjang yang menuliskan harapannya. Harapan yang membuat agak terharu juga.

Si anak belum lama belajar dengan saya. Baru awal semester dua dia masuk sekolah kami. Namun ternyata rasa yang dituliskan tak jauh berbeda dengan teman lainnya.

Baca juga: Apa Salahnya Menggunakan Bahasa Daerah?

Saya jadi ingat bagaimana tingkah lakunya bersama teman-teman yang membuat emosi naik turun. Tingkah polah yang saya rindukan. Mungkin mereka juga merasakan hal yang sama. Tetap kangen gurunya yang lumayan galak. Hiks... terharu...

Oh iya... ini beberapa tulisan tangan mereka yang menceritakan pengalaman selama di rumah dalam beberapa bulan terakhir. 

Tulisan siswa. Dokpri
Tulisan siswa. Dokpri

Tulisan siswa. Dokpri
Tulisan siswa. Dokpri

Tulisan siswa. Dokpri
Tulisan siswa. Dokpri

Cerita yang dibuat dengan bahasa Jawa sebisa mereka. Saya belum menuntut mereka untuk menulis dalam bahasa Jawa Krama. Kalau saya menuntut seperti itu, mungkin malah akan terhambat proses menulis mereka.

Toh memelajari bahasa Jawa memang harus dilakukan secara langsung dengan guru basa Jawa mereka. Ya untuk membenahi tata bahasa yang sesuai pakem. Bagaimana mereka harus bicara dengan orang yang lebih tua dan sebaya mereka.

Saya sendiri, saat ini bisa lebih teratur dalam berbahasa Jawa karena sebelumnya mendapatkan pimpinan yang ahli Basa Jawa. Setiap mengobrol di kantor dan mengatakan sesuatu yang tidak tepat, maka pak Kepala Sekolah langsung menegur.

Baca juga: Peringatan HBII, Bagaimana Mencegah Kepunahan Bahasa Daerah?

"Sing leres mekaten, Bu Jora..."

Setiap yang dikoreksi oleh pak Kepala Sekolah saya ingat. Dan Alhamdulillah saat ini sudah lumayan juga. Tahu mana tata bahasa yang pas atau tidak, yang benar bagaimana dan seterusnya.

Nah karena saat ini para siswa tidak berhadapan langsung dengan saya yang tahun ini mengampu basa Jawa, saya belum bisa membenahi tata bahasanya secara langsung. Jadi, saya biarkan para siswa menulis sebisa mereka.

Nyatanya mereka malah bisa membuat saya terharu. Tentu mereka bisa membuat cerita pengalaman dibantu orangtua. Sekadar masukan saja.

Menulis dengan bahasa Jawa sendiri sangat sulit. Kalau mereka akhirnya menulis dengan bahasa campuran ya tak apa. Asal kemampuan menulis bisa diasah terus. 

Semoga di lain waktu bisa bertemu dan belajar dengan mereka. Bisa belajar tata bahasa Jawa dan menulis lagi di kelas. Aamiin.

 

Catatan: 

Tidak semua pekerjaan siswa saya cantumkan. Sekadar contoh tulisan pengalaman dalam bahasa Jawa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun