Di luar sana begitu banyak contoh betapa memprihatinkannya anak-anak "broken home". Jika kita tanyakan kepada mereka, pasti mereka ingin memiliki keluarga yang utuh. Ada ibu dan bapaknya.
Anak-anak "broken home" biasanya memiliki perilaku yang cenderung negatif. Hal ini karena mereka ingin diperhatikan oleh orang terkasihnya. Sayangnya kasih sayang ---perhatian--- tak mereka dapatkan.
Mereka meluapkan kekesalan karena kurangnya perhatian dengan berperilaku yang menyimpang. Entah merokok, ngeyel, tingkah laku kriminal, dan sebagainya.
Melihat kondisi anak "broken home" itu, tentu tidak kita inginkan terjadi pada anak kita bukan?
Jadi, melihat dan memikirkan mata tak berdosa itu akan menghaluskan dan meluluhkan emosi sesaat. Toh jika mau mencari sosok idaman lain, belum tentu lebih baik daripada pasangan kita.
Ketika mulai keistimewaan orang, maka kita juga perlu memikirkan bahwa pasangan kita bisa jadi sangat istimewa bagi orang lain. Tentu keistimewaan pasangan tak boleh lepas dari kita.
Tinggal bagaimana kita mensyukuri saja karena sudah diberikan pasangan olehNya. Dengan bersyukur, maka hati akan terjaga dan komitmen akan terus dipegang bagaimanapun keadaannya.Â
Semoga saja rumah tangga yang dibangun sekian lama, tidak hancur dalam sekejap hanya karena memiliki idaman lain di hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H